Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Supriyadi, Pemimpin Perlawanan PETA di Blitar

Kompas.com - 16/06/2022, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Supriyadi adalah pahlawan nasional Indonesia yang gigih melawan penjajahan Jepang.

Pada awalnya, ia menjadi pemimpin pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Batalion Blitar di bawah kendali pemerintah militer Jepang.

Namun, perlawanan PETA di Blitar dipimpin oleh Supriyadi pada 14 Februari 1945. Hal ini dilakukannya karena tidak tahan dengan kekejaman Jepang terhadap Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Supriyadi dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial.

Akan tetapi, pada 20 Oktober 1945, posisi tersebut diberikan kepada Imam Muhammad Suliyoadikusumo, karena Supriyadi dinyatakan hilang.

Sejak saat itu, muncul berbagai asumsi mengenai nasib Supriyadi.

Baca juga: Pemberontakan PETA di Blitar

Awal kehidupan

Supriyadi lahir di Trenggalek, Jawa Timur, pada 13 April 1923. Ia adalah putra dari keluarga bangsawan Bupati Blitar, Raden Darmadi, dan Rahayu, yang juga dari keluarga bangsawan.

Saat usianya baru dua tahun, Supriyadi harus kehilangan sang ibu yang meninggal. Sejak itu, ia dirawat oleh sang kakek dengan didikan yang cukup keras.

Berkat latar belakang keluarganya, pendidikan Supriyadi pun berjalan baik. Ia tamat sekolah dasar Belanda, sebelum akhirnya lanjut di MULO atau setara Sekolah Menengah Atas (SMA).

Setelah itu, Supriyadi masuk ke Sekolah Pamong Praja di Magelang, Jawa Tengah.

Akan tetapi, di tengah pendidikannya itu, Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, dan Supriyadi harus putus sekolah.

Satu tahun kemudian, atau pada 1943, Supriyadi akhirnya menyelesaikan sekolahnya dengan mengikuti pelatihan di Seimendoyo, yang diselenggarakan penduduk di Tangerang, Banten.

Baca juga: Pengambilalihan Kekuasaan Jepang di Yogyakarta

Perjuangan Supriyadi

Pada Oktober 1943, Jepang mendirikan sebuah milisi bernama Pembela Tanah Air (PETA) guna membantu tentara Jepang menghadapi Sekutu.

Supriyadi ikut bergabung dalam PETA dengan pangkat shodancho atau komandan pleton.

Begitu menyelesaikan pelatihan, Supriyadi ditempatkan di Blitar, Jawa Timur. Ia bertugas untuk mengawasi para kerja paksa (romusha).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com