KOMPAS.com - Kekhalifahan Bani Umayyah adalah kekhalifahan kedua yang didirikan setelah Nabi Muhammad wafat.
Pendiri Bani Umayyah ialah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I. Sejak didirikan pada 661 Masehi, kekhalifahan ini fokus melakukan perluasan wilayah hingga berhasil menaklukkan seluruh Kerajaan Persia.
Sayangnya, ketika Bani Umayyah sedang berada di puncak keemasan, kekhalifahan yang berpusat di Damaskus ini harus runtuh.
Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan Kekhalifahan Bani Umayyah runtuh pada pertengahan abad ke-8.
Baca juga: Revolusi Abbasiyah, Runtuhnya Kekhalifahan Bani Umayyah
Memasuki abad ke-8, kekhalifahan Bani Umayyah sedang mengalami krisis yang serius.
Pada masa ini, Khalifah Walid II bin Yazid, yang terkenal suka berfoya-foya, berhasil dilumpuhkan oleh saudara sepupunya, Yazid III bin Walid.
Namun, tidak lama kemudian, Yazid III wafat karena sakit. Alhasil, posisinya pun digantikan oleh saudaranya, Ibrahim bin Walid, yang juga ditumbangkan oleh kerabatnya, Marwan II bin Muhammad.
Perang saudara yang terjadi di antara para khalifah ini perlahan-lahan menghancurkan wibawa Bani Umayyah.
Akibatnya, muncul berbagai pemberontakan di berbagai provinsi.
Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan
Perang saudara juga terjadi antara kelompok Qays (Arab Utara) dengan kelompok Yaman (Arab Selatan).
Keduanya saling bertentangan karena berusaha untuk mendukung kandidat khalifahnya masing-masing.
Buntut dari pertentangan ini adalah terjadinya perang yang lebih besar dan berkepanjangan.
Penyebab lain yang membuat Bani Umayyah runtuh adalah terjadinya pemberontakan yang disebabkan oleh diskriminasi terhadap kaum Mawali (orang non-Arab yang baru masuk Islam).
Adanya diskriminasi membuat kaum Mawali tidak bisa memegang jabatan tinggi, dipandang rendah secara sosial, serta harus membayar jizyah atau pajak walaupun sudah masuk Islam.
Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Ketika kekuasaan Bani Umayyah dipegang oleh Yazid II (720-724 M), masyarakat merasakan bahwa kehidupan mereka tidak diperhatikan.