Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prinsip Teori Tumbukan pada Reaksi Kimia dan Laju Reaksi

Kompas.com - 05/06/2023, 14:00 WIB
Serafica Gischa

Editor

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Menurut teori tumbukan, reaksi kimia terjadi ketika molekul-molekul saling bertumbukan. Namun, tidak setiap tumbukan akan menghasilkan reaksi kimia. Hal ini disebabkan oleh energi kinetik yang dimiliki oleh setiap molekul saat bergerak.

Semakin tinggi kecepatan pergerakan molekul, semakin besar pula energi kinetiknya. Jika sebuah molekul memiliki energi kinetik yang cukup tinggi, tumbukan antara molekul-molekul tersebut akan lebih keras, sehingga ikatan kimia dapat terputus.

Pemutusan ikatan kimia ini merupakan langkah awal dalam pembentukan produk reaksi. Namun, jika molekul-molekul memiliki energi kinetik yang rendah, pergerakan molekul menjadi lebih lambat dan ikatan sulit terputus untuk membentuk produk.

Untuk terjadinya reaksi, total energi kinetik dari molekul-molekul harus sama dengan atau lebih besar dari energi aktivasi.

Energi aktivasi adalah jumlah energi minimum yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia. Jika energi aktivasi rendah, molekul tetap utuh dan tidak ada perubahan yang terjadi akibat tumbukan.

Baca juga: Pengertian dan Cara Mengerjakan Soal Energi Potensial, Energi Kinetik, dan Energi Mekanik

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua syarat agar tumbukan dapat menghasilkan reaksi, yaitu: 

  • Tumbukan harus memiliki orientasi yang benar
  • Tumbukan tersebut harus memiliki energi kinetik yang sama atau lebih besar dari energi aktivasi.

Jika terjadi tumbukan yang berhasil, energi yang cukup, yang dikenal sebagai energi aktivasi, tersedia saat ikatan-ikatan terputus dan ikatan-ikatan baru terbentuk.

Selama proses ini, produk reaksi terbentuk. Peningkatan konsentrasi reaktan atau peningkatan suhu akan menghasilkan peningkatan jumlah tumbukan, yang pada gilirannya meningkatkan jumlah tumbukan yang berhasil dan juga meningkatkan kecepatan reaksi.

Jika katalis terlibat dalam tumbukan molekul-molekul yang bereaksi, energi yang diperlukan untuk melanjutkan reaksi kimia menjadi lebih rendah.

Oleh karena itu, jumlah tumbukan yang memiliki energi yang cukup untuk menyelesaikan reaksi meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga meningkat.

Baca juga: Cara Menghitung Energi Kinetik pada Mobil Bergerak dan Direm

Teori tumbukan dan laju reaksi

Prinsip kecepatan reaksi terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika menggoreng daging, memotongnya menjadi potongan kecil untuk memperluas permukaan kontak. Ini mempercepat reaksi dan membuat daging lebih empuk. Pepaya muda juga digunakan sebagai katalisator dalam merebus daging untuk mempercepat penguraian, berkat enzim papain yang terkandung di dalamnya.

Prinsip ini juga digunakan dalam industri. Contohnya, produksi asam sulfat menggunakan katalis vanadium pentaoksida, pembuatan pupuk amonium dengan katalisator (Fe), atau konversi gas alam menjadi berbagai produk alkohol menggunakan katalis zeolit aktif.

Industri otomotif juga menerapkan prinsip kecepatan reaksi. Pada kendaraan bermotor, bensin yang diubah menjadi gas melalui karburator lebih mudah terbakar karena memiliki partikel yang lebih kecil.

Laju reaksi dalam teori tumbukan menyatakan bahwa tumbukan antara partikel atau reaktan diperlukan agar reaksi dapat terjadi. Laju reaksi diukur dengan perubahan konsentrasi reaktan atau produk dalam satuan waktu. Satuan yang digunakan bisa berupa gram, mol, atau konsentrasi. Waktu diukur dalam detik, menit, jam, hari, atau tahun. Satuan konsentrasi (molaritas) digunakan ketika zat kimia digunakan sebagai larutan atau gas dalam ruang tertutup.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com