KOMPAS.com - Di dalam dunia pendidikan, ada berbagai macam teori pembelajaran. Salah satu teori pembelajaran yang dikembangkan dalam dunia psikologi adalah teori behaviorisme.
Teori behaviorisme merupakan salah satu teori pembelajaran yang terfokus ke pengamatan tingkah laku seseorang dalam belajar. Teori ini mengambil hasil belajarnya melalui tingkah laku atau kepribadian.
Dalam teori ini, tidak mengenal baik maupun buruk karena mereka lebih terfokus ke reaksi dari seseorang, seperti respons atau balasan.
Selain dari reaksi yang spontan, lingkungan sekitar menjadi salah satu bagian untuk mengetahui bagaimana perkembangannya sampai menuju hasil nanti.
Baca juga: Apa Itu Teori Pengurangan Ketidakpastian dalam Ilmu Komunikasi?
Dikutip dari buku Psikologi Pendidikan (2021) oleh Zulqarnain, Shoffa Saifillah Al-Faruq, dan Sukatin, ada beberapa teori lain yang berhubungan dengan teori behaviorisme. Teori-teori ini berdasarkan dari beberapa ahli psikologi, yaitu:
Teori yang menjadi cikal bakal terbentuknya teori behaviorisme adalah teori class conditioning. Pencetus teori ini adalah seorang ahli psikologi dari Rusia, yaitu Ivan Petrovich Pavlov.
Teori class conditioning berdasarkan dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov untuk mencari tahu metode pembelajaran dari tanggapan dan respons.
Dari pengamatannya, sikap responsif itu bisa dilakukan secara berulang-ulang serta adanya tanggapan secara tidak sadar.
Namun, kekurangan dari teori ini adalah teori ini tergantung oleh situasi tertentu serta beberapa syarat, dan tidak semua pelajar memiliki refleks atau kepekaan yang sama.
Baca juga: Teori Pavlov: Pengertian dan Contohnya
Seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat bernama Edward Thorndike pernah melakukan eksperimen untuk membuktikan teori yang melibatkan respons serta tanggapan dalam pembelajaran.
Dari eksperimen yang dilakukannya, ada tiga hukum pembelajaran, yaitu:
Hukum ini dilihat berdasarkan kesiapan pelajar dalam menerima tanggapan dan melakukan suatu tindakan. Hasilnya dilihat dari tingkat matangnya persiapan dan apa pelajar itu cenderung puas atau tidak.
Hukum ini berdasarkan dari betapa seringnya pelajar berlatih dalam mengambil suatu tindakan. Jika tindak laku dilatih terus-menerus, maka respons dan tanggapan akan makin kuat.
Namun, jika tidak, maka akan terjadi sebaliknya. Hukum ini juga diambil dari quotes bahasa Latin, yaitu repetio est mater studiorum atau pratice makes perfect.
Hukum ini berdasarkan dari emosional sang pelajar. Misalkan kalau pelajar merasa puas, maka tanggapan maupun respons akan lebih kuat. Sebaliknya, kalau pelajar merasa tidak puas, maka tanggapan maupun responsif melemah.
Baca juga: Teori Penstrukturan: Pengertian, Asumsi, dan Konsep