Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Indonesia Keluar dari PBB pada 1965?

Kompas.com - Diperbarui 09/04/2022, 17:33 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

KOMPAS.com - Di masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia pernah keluar dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Padahal, PBB adalah lembaga internasional yang menghimpun seluruh negara dan membantu menyelesaikan berbagai masalah.

Lantas, apa alasan Indonesia keluar dari PBB di era Orde Lama?

Latar belakang

Sejak pertengahan abad ke-18, tanah Malaya dikuasai Inggris. Pada 8 Februari 1956, Inggris memutuskan memberi kemerdekaan pada Malaysia.

Dikutip dari Sejarah Diplomasi di Indonesia (2018), pada tahun 1961, ada rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia.

Malaysia rencananya terbentuk dari Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Sarawak, Brunei, dan Sabah.

Namun rencana ini ditentang oleh Soekarno. Soekarno menganggap pembentukan Negara Federasi Malaysia adalah proyek neokolonialisme Inggris.

Baca juga: ASEAN: Latar Belakang Pembentukan dan Tujuannya

Soekarno khawatir Malaya akan jadi pangkalan militer Barat di Asia Tenggara. Menurut Soekarno, hal itu bisa mengganggu stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Selain Indonesia, Filipina juga tak setuju dengan berdirinya Negara Federasi Malaysia.

Filipina mengklaim Sabah yang akan menjadi bagian dari negara federasi itu dimiliki Kesultanan Sulu yang dulu disewakan Filipina kepada Inggris.

Akibatnya, Indonesia dan Filipina berada di posisi yang berseberangan dengan Malaysia dan Inggris.

Soekarno memilih keluar PBB

Sengketa ini berusaha diselesaikan lewat berbagai upaya diplomasi.

Namun ketegangan di antara Malaysia dan Indonesia semakin memanas. Terutama setelah Malaysia menyatakan merdeka pada 16 September 1960.

Baca juga: Sejarah Berdirinya PBB

Ketidakpuasan Soekarno terhadap berdirinya Malaysia mencapai puncaknya pada 1964.

Faktor utama yang menyebabkan Indonesia keluar dari anggota PBB karena Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com