Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Kaitkan Hubungan antara Pola Makan dan Risiko Kanker

Kompas.com - 12/05/2024, 09:35 WIB
Annisa Fakhira Mulya Wahyudi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah tim peneliti dari National University of Singapore (NUS) telah menemukan temuan baru yang dapat membantu menjelaskan hubungan antara risiko kanker dan pola makan yang buruk, serta risiko penyakit umum seperti diabetes yang timbul dari pola makan yang buruk.

Wawasan yang diperoleh dari penelitian ini menjanjikan kemajuan dalam strategi pencegahan kanker yang bertujuan untuk mendorong penuaan yang sehat.

Baca juga: 5 Makanan Bantu Kurangi Risiko Kanker

Hubungan pola makan dan risiko kanker

Kanker disebabkan oleh interaksi antara gen dan faktor-faktor di lingkungan, seperti pola makan, olahraga, dan polusi.

Bagaimana faktor-faktor lingkungan tersebut meningkatkan risiko kanker masih belum jelas, namun sangat penting untuk memahami hubungan antar faktor ini jika ingin mengambil tindakan pencegahan akan risiko kanker.

Berdasarkan artikel yang terbit di jurnal Cell tahun 2024, tim peneliti dari NUS pertama kali mempelajari pasien yang berisiko tinggi terkena kanker payudara atau ovarium karena mereka mewarisi salinan gen kanker yang salah – BRCA2 – dari orang tua mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa sel-sel dari pasien tersebut sangat sensitif terhadap efek metilglioksal, yaitu bahan kimia yang dihasilkan ketika sel-sel memecah glukosa untuk menghasilkan energi.

Penelitian menunjukkan bahwa bahan kimia dari proses metilglioksal ini dapat menyebabkan kesalahan pada DNA yang merupakan tanda peringatan awal perkembangan kanker.

Baca juga: Studi: Aroma Buah Matang Bisa Hentikan Pertumbuhan Sel Kanker

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak mewarisi salinan gen BRCA2 tetapi mengalami tingkat metilglioksal yang lebih tinggi dari normal, seperti pasien dengan diabetes atau pra-diabetes, atau pasien dengan obesitas atau pola makan yang buruk juga dapat berisiko lebih tinggi terkena kanker, dikutip dari The Independent. 

Prof Venkitaraman yang juga merupakan anggota penelitian menguraikan, “Penelitian kami menunjukkan bahwa pasien dengan kadar metilglioksal yang tinggi mungkin memiliki risiko kanker yang lebih tinggi.

Metilglioksal dapat dengan mudah dideteksi melalui tes darah untuk HbA1C, yang berpotensi digunakan sebagai penanda."

"Selain itu, kadar metilglioksal yang tinggi biasanya dapat dikontrol. dengan obat-obatan dan pola makan yang baik atau diet, menciptakan jalan bagi tindakan proaktif melawan timbulnya kanker," tambahnya.

Secara keseluruhan, hal ini menunjukkan bahwa perubahan metabolisme glukosa dapat mengganggu fungsi BRCA2 melalui MGO, sehingga berkontribusi terhadap perkembangan dan perkembangan kanker, dilansir dari ScienceAlert.

Baca juga: Benarkah Telur Dadar Bisa Sebabkan Kanker dan Diabetes?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com