Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Lagi Bakaran Sampah Terbuka, Bahaya bagi Kesehatan Mengintai

Kompas.com - 02/02/2024, 08:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber BRIN

KOMPAS.com - Ragam limbah yang dihasilkan manusia akan makin bertambah seiring dengan meningkatkan populasi dan aktivitas manusia.

Sayangnya, pengelolaan limbah hingga saat ini masih dipandang sebelah mata dan belum mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak.

Baca juga: Stop Pengelolaan Sampah Sistem Open Dumping

"Jumlah limbah berupa sampah yang semakin banyak tidak bisa didegradasi secara alami, sehingga terjadi penumpukan," kata Peneliti Ahli dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sumaryati.

Pengelolaan sampah open dumping

Mengutip laman resmi BRIN, Selasa (30/1/2024) Sumaryati menyebut berdasarkan riset yang dilakukannya, pengelolaan limbah secara sehat saat ini belum mendapat perhatian dan menjadi prioritas atau menjadi bagian dari political will.

Untuk pengelolaan sampah khususnya perkotaan saja, saat ini masih mengandalkan sistem open dumping.

Open dumping ini dilakukan karena murah dan mudah. Di mana ada daerah yang berbentuk seperti cekungan lalu jauh dari pemukiman langsung bisa jadi tempat sampah,” jelas Sumaryati.

Secara estetika, sistem open dumping menciptakan dampak kumuh terhadap lingkungan. Bahkan Sumaryati menegaskan hal ini dapat mengancam kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh limbah, bau, serta munculnya berbagai vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, kecoa, tikus dan sebagainya.

Selain itu proses dekomposisi yang terjadi pada sistem open dumping menghasilkan limbah cair yang akan mencemari air dan tanah. Limbah cair ini bahkan dapat menjadi polusi udara yang luar biasa karena penguapan bau ke udara secara terbuka.

Keadaan tersebut akan lebih parah lagi ketika terjadi kebakaran atau pembakaran.

Baca juga: Kenapa Tak Kirim Sampah ke Luar Angkasa jika Bumi Sudah Penuh?

Sampah menghasilkan gas metan. Dalam kondisi kering, ketika ada pemicunya akan sangat mudah terbakar dan menciptakan polusi udara yang luar biasa,” paparnya.

Sumaryati menjelaskan selain karena sifat kebakarannya tidak terkendali, kurangnya pasokan oksigen karena material yang terbakar bertumpuk-tumpuk membuat pembakaran menjadi tidak sempurna.

“Karena pembakaran tidak sempurna maka CO2 itu hanya sedikit dan yang relatif banyak dihasilkan yaitu dalam bentuk asap. Padahal asap yang dihasilkan ini terdapat unsur karbon dan juga beberapa logam berat,” tuturnya.

Sumaryati merinci, unsur karbon yang tidak terbakar sempurna menjadi CO2 akan terbentuk menjadi karbon monoksida dan hidrokarbon.

Hidrokarbon terdiri dari banyak unsur yang dipisahkan menjadi metan dan non metan hidrokarbon. Semua polutan yang dihasilkan ini akan langsung dilepas ke udara.

Dampak terhadap kesehatan dan lingkungan

Sumaryati mengingatkan bahwa kebakaran atau pembakaran yang tidak langsung menjadi CO2 sangat berbahaya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com