Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Terlalu Banyak Tidur Sebabkan Depresi?

Kompas.com - 18/01/2024, 16:29 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Terkadang, kita memerlukan istirahat ekstra untuk memulihkan diri, tetapi tidur berlebihan yang kronis bisa menjadi tanda suatu masalah yang lebih serius, termasuk kaitannya dengan depresi.

Psikolog Michelle Drerup, PsyD, DBSM, mengatakan bahwa meskipun insomnia lebih cenderung dikaitkan dengan depresi dibandingkan tidur berlebihan, tetap ada kemungkinan bahwa tidur terlalu lama pun merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang salah.

Tidur dan depresi

Studi tahun 2015 menemukan hubungan antara tidur berlebihan dengan depresi, dan sebagian besar bukti yang ada menunjukkan bahwa tidur berlebihan adalah gejala, bukan penyebab depresi.

Masalah tidur umumnya terjadi bersamaan dengan depresi. Faktanya, penelitian pada tahun 2017 menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang hidup dengan depresi berat mengalami beberapa jenis kesulitan tidur.

Baca juga: Apakah Efek jika Kita Tidur Setelah Makan?

Studi tersebut, yang memperhitungkan data dari 3.573 orang yang didiagnosis menderita depresi berat, menemukan bahwa lebih dari 92 persen partisipan mengalami kesulitan tidur.

Insomnia adalah masalah tidur yang paling umum, namun hampir separuh dari peserta mengalami hipersomnia. Sekitar sepertiganya mengatakan mereka mengalami hipersomnia dan insomnia.

Hipersomnia atau kantuk berlebihan di siang hari, lebih sering dikaitkan dengan depresi atipikal, yang sekarang disebut depresi berat dengan ciri-ciri atipikal.

Sementara itu, berdasarkan penelitian dari tahun 2008, seseorang lebih mungkin mengalami tidur berlebihan karena depresi jika ia adalah wanita atau berusia di bawah 30 tahun.

Kemungkinan lain

Masalah tidur dapat berkembang jauh sebelum terjadinya depresi, meskipun para ahli belum menentukan secara pasti bagaimana kesulitan tidur dapat berkontribusi terhadap risiko depresi.

Baca juga: Studi: Makanan Fermentasi Dapat Mencegah Depresi dan Kecemasan

Jika seseorang menderita depresi, tidur berlebihan secara teratur berpotensi memperburuk gejalanya.

Studi tahun 2014 mengemukakan bahwa orang yang tidur lebih dari 8 jam mungkin mengalami lebih banyak gejala depresi dibandingkan orang yang tidur 8 jam atau kurang setiap malamnya.

Ini bisa dianggap sebagai sebuah siklus. Depresi sering kali memengaruhi suasana hati, energi, dan pandangan terhadap masa depan. Seseorang mungkin merasa lelah dan lesu, kurang tertarik pada aktivitas yang biasa dilakukan, dan putus asa bahwa gejalanya akan membaik.

Tidur, kemudian, menawarkan lebih dari satu solusi. Bahkan, sekadar berbaring di tempat tidur dan sesekali tertidur mungkin tampak seperti cara terbaik untuk menghabiskan waktu ketika tidak ingin melakukan hal lain.

Namun, kemudian akibatnya, kita mungkin mulai merasa bersalah karena menghabiskan begitu banyak waktu di tempat tidur, sehingga menyebabkan suasana hati menjadi lebih suram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com