Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan ESA Rancang Replika Atmosfer Uranus dan Neptunus

Kompas.com - 21/11/2023, 16:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Uranus dan Neptunus merupakan planet raksasa yang masih menyimpan banyak rahasia yang belum diungkap oleh para astronom.

Kedua planet itu diselimuti atmosfer dingin dan berputar-putar, yang sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium.

Selain itu, Uranus dan Neptunus tidak memiliki permukaan padat sehingga mempersulit upaya para astronom untuk menjelajahinya.

Faktanya, keduanya adalah planet yang belum dijelajahi secara langsung oleh pesawat luar angkasa buatan manusia.

Para ilmuwan sangat ingin mengirim pesawat ruang angkasa ke planet-planet tersebut. Untuk itu, European Space Agency (ESA) telah berupaya mereplikasi atmosfer Uranus dan Neptunus untuk mensimulasikan apa yang akan dialami oleh wahana antariksa saat memasuki atmosfer planet tersebut.

Baca juga: Oksigen Telah Terdeteksi di Atmosfer Siang dan Malam di Venus

Simulasi atmosfer Uranus dan Neptunus

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang diperlukan untuk mengirim wahana antariksa melalui atmosfer Uranus dan Neptunus, tim peneliti internasional baru-baru ini melakukan simulasi di dalam terowongan plasma hipersonik Universitas Oxford.

Video menunjukkan, wahana simulasi dihantam oleh gas yang ditemukan di atmosfer Uranus dan Neptunus.

Menurut Louis Walpot, insinyur aerotermodinamika ESA, terowongan tersebut mampu mengukur fluks panas konveksi dan radiasi, dan secara kritis memberikan kecepatan aliran yang diperlukan untuk replikasi masuknya planet es raksasa, dengan jejak gas metana.

Meskipun kecepatannya sangat tinggi, mereka masih belum mencapai kecepatan yang diperlukan agar wahana ini dapat mencapai jarak yang sangat jauh. Sebuah wahana akan membutuhkan kecepatan inersia setidaknya 24,9 km per detik, menurut para peneliti.

Selain gas luarnya yang menjadi tantangan, Uranus dan Neptunus juga diyakini memiliki lautan cairan yang terkubur di bawah lapisan tebal awan di permukaan.

Baca juga: Studi Ungkap Merkuri di Atmosfer Meningkat Tujuh Kali Lipat

Tidak ada wahana yang bisa bertahan lama di dalamnya, seperti halnya Cassini yang tidak pernah bertemu dengan Saturnus, namun para ahli ingin pesawat tersebut bertahan selama mungkin untuk memaksimalkan informasi yang dapat diperolehnya.

Walpot mengatakan, tantangannya adalah tekanan dan suhu tinggi, dan oleh sebab itu, dibutuhkan sistem perlindungan termal berkinerja tinggi untuk menahan masuknya atmosfer dalam jangka waktu tertentu.

Untuk mulai merancang sistem seperti itu, menurut Walpot, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah mengadaptasi fasilitas pengujian di Eropa untuk mereproduksi komposisi atmosfer dan kecepatan yang dibutuhkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com