Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 2 Miliar Orang Terpapar Polusi Udara Tiap Hari, Kok Bisa?

Kompas.com - 18/10/2023, 06:30 WIB
Usi Sulastri,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kendati udara yang kita hirup tampak bersih, namun kenyataannya polusi udara mengandung berbagai polutan yang ikut terhirup saat kita bernapas.

Baru-baru ini, sebuah studi mengungkapkan lebih dari 2 miliar orang harus menghadapi polusi udara dari kebakaran hutan setiap harinya.

Parahnya, jumlah orang yang terpapar polusi udara meningkat sebesar 6,8 persen dalam 10 tahun terakhir, dikutip dari SciTec Daily, Selasa (17/10/2023).

Baca juga: Apakah Dampak Polusi Udara pada Kesehatan Anak?

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature dan dipelopori oleh para peneliti Australia, telah mengevaluasi tingkat polusi udara global yang disebabkan oleh kebakaran lanskap dari tahun 2000 hingga 2019.

Para peneliti dalam studi ini menjelaskan, "kebakaran lanskap" mencakup berbagai jenis kebakaran di alam dan wilayah manusia, seperti hutan, semak, lahan pertanian, dan daerah pinggiran kota.

Termasuk kebakaran yang direncanakan atau tidak, seperti kebakaran pertanian, kebakaran hutan yang tidak terkendali yang membakar vegetasi alami.

Penelitian ini melakukan penilaian komprehensif terhadap paparan PM2,5 dan ozon kepada populasi global dengan menggunakan pendekatan pembelajaran mesin yang menggunakan data dari model transportasi kimia, stasiun pemantauan, dan data cuaca berbasis grid.

Paparan polusi udara lebih tinggi di negara berkembang

Dilansir dari Science Daily, tingkat eksposur atau paparan polusi udara di negara-negara berpenghasilan rendah sekitar empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang lebih makmur.

Dipimpin oleh Profesor Yuming Guo dan Shanshan Li, dari Monash University's School of Population Health and Preventive Medicine, mengungkapkan, polusi udara dengan tingkat paparan PM2,5 sangat tinggi di Afrika Tengah, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Siberia.

Baca juga: Polusi Udara di Indonesia: Ini Daftar Kota Paling Berpolusi, Jakarta dan Bandung Masuk 6 Besar

 

Studi ini juga melihat ozon yang bersumber dari kebakaran lanskap global, polutan penting terkait kebakaran yang hanya diperkirakan untuk Amerika Serikat.

Kebakaran hutan sering terjadi di daerah-daerah terpencil yang memiliki sedikit atau bahkan tidak ada stasiun pemantauan kualitas udara.

Selain itu, di banyak negara berpenghasilan rendah, tidak ada stasiun pemantauan kualitas udara, bahkan di daerah perkotaan.

Peneliti juga menekankan urgensi memberikan perhatian khusus terhadap upaya mitigasi polusi udara di negara-negara yang memiliki keterbatasan dalam infrastruktur pemantauan kualitas udara.

Baca juga: Polusi Udara di Indonesia Peringkat 1 di Asia Tenggara dan Peringkat 17 Negara Paling Berpolusi di Dunia

Dampak polusi udara pada kesehatan

Penelitian ini mengemukakan tingkat seriusnya polusi yang timbul akibat kebakaran lanskap dan bagaimana hal ini mengakibatkan peningkatan risiko kesehatan global.

Dampak polusi udara yang bersumber dari kebakaran dapat berakibat buruk pada kesehatan manusia, termasuk peningkatan angka kematian, peningkatan angka penyakit, serta penurunan kesehatan jantung-paru dan kesejahteraan mental di seluruh dunia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahunnya, sekitar 2,18 miliar orang mengalami setidaknya satu hari terpapar polusi udara dari kebakaran lanskap yang signifikan.

Secara rata-rata, setiap individu di seluruh dunia mengalami eksposur semacam itu selama 9.9 hari dalam setahun, menunjukkan peningkatan sebanyak 2,1 persen dalam dekade terakhir.

Baca juga: Kadar Polusi Udara PM2.5 Tidak Turun Meski Mobilitas Berkurang Selama PPKM, Ini Hasil Risetnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com