Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Rusak Paru-paru dan Imun Bayi yang Baru Lahir

Kompas.com - 14/09/2023, 17:00 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.comPolusi udara adalah masalah serius yang memengaruhi kesehatan manusia di seluruh dunia. Bahkan bayi yang baru lahir pun tidak luput dari dampak buruknya.

Sel bayi yang baru lahir sangat rentan terhadap efek polusi udara, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang.

Baca juga: Studi Ungkap Polusi Udara Juga Ganggu Kualitas Tidur

Apa efek yang dialami bayi akibat polusi udara ini?

Polusi udara merusak paru-paru dan imun bayi

Dilansir dari European Respiratory Society, Kamis (14/9/2023), paparan polusi udara selama kehamilan dapat mengubah protein yang memengaruhi proses sel autophagy, yaitu proses "self-eating" sel-sel yang rusak, dan perubahan ini dapat terdeteksi setelah bayi lahir.

Menurut Dr. Olga Gorlanova, dokter peneliti dari University Children's Hospital, University of Basel, Swiss sel autophagy ini dapat merusak fungsi paru-paru dan sistem kekebalan bayi yang baru lahir.

Dalam studi ini, mereka memeriksa protein yang berperan dalam autophagy, penuaan, dan perubahan sel untuk menilai dampak paparan polusi udara selama kehamilan pada protein-protein tersebut.

Variasi dampak polusi udara pada kesehatan bayi

Dr. Olga Gorlanova menyampaikan bahwa bayi yang baru lahir memiliki respons yang berbeda terhadap polusi udara selama kehamilan ibu mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa beberapa bayi mungkin lebih rentan daripada yang lain, bahkan jika mereka lahir di daerah dengan tingkat polusi yang rendah.

Baca juga: Apa Itu PM2,5 yang Selalu Dikaitkan dengan Polusi Udara?

Para peneliti mengukur 11 protein dalam darah tali pusat 449 bayi sehat dari studi BILD. Penelitian dimulai pada tahun 1999 di Bern. Studi ini bertujuan merekrut 1.000 bayi hingga tahun 2025.

Mereka menemukan bahwa NO2 dan PM10 berhubungan dengan perubahan pada protein yang terlibat dalam autophagy

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa NO2, yang berasal dari emisi lalu lintas, berhubungan dengan peningkatan kadar protein Beclin-1, yang berperan penting dalam memulai autophagy," ujar Dr Gorlanova.

"Paparan NO2 yang tinggi juga berhubungan dengan penurunan kadar protein SIRT1, yang memiliki peran perlindungan terhadap stres, peradangan, dan penuaan. Selain itu, IL-8 adalah protein yang aktif dalam sel-sel inflamasi tertentu," sambungnya.

Dalam penelitian ini, bayi-bayi dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat paparan polusi udara selama kehamilan. Keempat kelompok ini memiliki konsentrasi protein yang sama, tetapi berbeda dalam tingkat paparan NO2 dan PM10.

Sebanyak 7 persen dari seluruh bayi memiliki tingkat protein IL-8 dan IL-1B yang lebih tinggi yang terlibat dalam inflamasi dan perubahan sel.

Temuan ini menunjukkan bahwa bayi yang sehat memiliki respons yang berbeda terhadap polusi udara, menunjukkan adanya potensi kerentanan yang bervariasi.

Penelitian ini menjadi bukti tambahan

Dilansir dari Science Daily, Kamis (14/9/2023), Prof. Marielle Pijnenburg, ahli pulmonologi pediatrik di Erasmus Medical Center, Belanda, mengatakan "Penelitian ini menambah bukti tentang dampak polusi udara pada kesehatan anak-anak sebelum dan setelah lahir."

Baca juga: Modifikasi Cuaca dengan Penyemprotan Air untuk Atasi Polusi Udara

Penelitian ini dinilai berkontribusi pada penelitian lain yang menunjukkan bahwa mekanisme terkait autophagy mungkin terlibat dalam cara tubuh manusia merespons polusi udara.

"Penting bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk bertindak sekarang untuk mengurangi polusi udara, karena hal ini tidak hanya memengaruhi kesehatan, tetapi juga berdampak pada lingkungan dan biaya perawatan kesehatan," ujar Pijnenburg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com