Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/09/2023, 12:33 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah mengidentifikasi resep kuno wewangian aromatik yang digunakan dalam pembalsaman mumi di Mesir kuno.

Wewangian yang kemudian disebut 'aroma keabadian' itu berhasil diidentifikasi dari makam seorang bangsawan wanita Mesir yang dimumikan sekitar tahun 1450 SM.

Baca juga: Bagaimana Orang Mesir Kuno Membuat Mumi?

Kemajuan dalam teknologi analisis kimia kemudian memungkinkan deteksi zat individu dalam residu balsam yang diperoleh dari toples untuk menyimpan organ mumi.

Wewangian kuno

Dikutip dari Science Alert, Jumat (1/9/2023), mumifikasi adalah bentuk seni terbaik untuk mengawetkan orang yang telah meninggal di Mesir kuno.

Praktik tersebut sudah dilakukan selama hampir 4.000 tahun.

Bagian dari praktik penguburan itu terus dipelajari sampai sekarang, salah satunya melalui sisa-sisa artefak yang ditinggalkan di makam.

Baca juga: Seperti Apa Mumi Lebah dari Zaman Firaun yang Ditemukan di Portugal?

Sayangnya, hanya ada sumber tertulis yang membahas proses sakral tersebut, yang membuat para ahli salah satunya terbatas untuk mengetahui secara spesifik resep wewangian yang dipakai untuk pembalsaman mumi.

"Aroma keabadian mewakili lebih dari sekedar aroma proses mumifikasi. Ini menunjukkan kekayaan budaya, sejarah, dan spiritual yang penting dari praktik di Mesir kuno," kata Barbara Huber, arkeolog dari Institut Geoantropologi Max Planck Jerman.

Lebih lanjut sosok mumi wanita yang diawetkan ini bernama Senetnay. Ia disebut sebagai pengasuh Firaun Amenhotep II.

Status elite wanita bangsawan terlihat dari gelarnya 'Hiasan Raja' dan makamnya yang berada di Lembah Para Raja. Status bangsawan juga terlihat dari kerumitan balsam yang mengawetkan organ tubuhnya dalam empat toples terpisah.

Huber dan rekannya menggunakan kombinasi kromatografi gas dan spektrometri massa untuk memeriksa enam sampel balsam dari dua toples, yang pernah menyimpan paru-paru dan hati Senetnay.

Hasilnya menunjukkan balsam memiliki komposisi yang lebih rumit dibandingkan balsam yang digunakan pada mumi lain pada periode waktu yang sama.

Peneliti kemudian menemukan kandungan lilin lebah, minyak nabati, lemak hewani, aspal alami, dan resin yang bersumber dari pohon jenis konifera.

Baca juga: Kematian Tragis Mumi Bayi Bangsawan, Meninggal Kekurangan Sinar Matahari

Dalam aroma aromatik mereka juga menemukan kumarin, senyawa yang bersumber dari tumbuhan yang memberikan aroma seperti vanila.

“Analisis sebelumnya menunjukkan bahwa balsam mumifikasi Mesir kuno mengandung bahan-bahan yang terbatas sebelum Periode Menengah Ketiga (c. 1000 SM), kemudian menjadi lebih kompleks seiring berjalannya waktu,” tulis para penulis.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com