PERIODE 2017-2019, ada sejumlah laporan media massa tentang maraknya ubur-ubur dan alga di pesisir selatan Jawa.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti Pusat Riset Oseanografi, tercatat kemunculan ubur-ubur dan alga terjadi pada periode Juli sampai Oktober.
Tentunya hal ini menarik perhatian peneliti. Apa yang sebenarnya terjadi di perairan selatan Jawa pada bulan-bulan tersebut? Apalagi kemudian diketahui bahwa intensitas kejadiannya cukup tinggi pada 2019.
Kemunculan ubur-ubur cukup berdampak negatif, misalnya dapat menyebabkan sengatan beracun menyakitkan, gangguan pariwisata, perikanan dan ekonomi pesisir, serta dampak pada ekosistem laut dan instalasi industri/pembangkit listrik.
Beberapa jenis ubur-ubur memiliki tentakel yang mengandung nematosista, yaitu sel-sel yang dapat menyengat dan mengeluarkan racun. Sengatan dari ubur-ubur dapat menyebabkan rasa terbakar, gatal, dan nyeri parah.
Sementara itu, dampak marak alga di antaranya keracunan pada ikan atau hewan laut lainnya, berkurang atau hilangnya oksigen perairan, dan kerusakan ekosistem laut.
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan sektor perikanan dan menimbulkan dampak ekonomi-sosial.
Salah satu dugaan peneliti adalah bahwa kondisi maraknya alga dan ubur-ubur dipicu pengayaan berlebihan dari nutrien dan karbon perairan pesisir dan laut.
Maraknya ubur-ubur dan alga dimungkinkan terjadi sebagai salah satu respons biologis terhadap perubahan kimiawi dan fisik perairan.
Perairan laut Selatan Jawa dan Barat Sumatera dikenal sebagai daerah upwelling. Upwelling adalah istilah untuk menggambarkan peristiwa ketika air laut yang dalam dan kaya akan karbon dan nutrien naik ke permukaan laut.
Hal ini terjadi ketika angin yang kuat menghembuskan air permukaan laut ke arah terbuka, mengakibatkan air yang dalam dari bawah laut naik menggantikan air yang telah dipindahkan.
Uwelling merupakan proses fisik, dan untuk daerah Selatan Jawa, upwelling bisa terjadi sepanjang tahun pada periode musim muson timur dan peralihan kedua (Juni sampai November).
Belakangan diketahui bahwa periode upwelling sama dengan periode munculnya ubur-ubur dan alga di Selatan Jawa.
Tentunya proses fisik upwelling belum tentu menjadi sebab terjadinya marak ubur-ubur dan alga meskipun terjadi bersamaan. Biasanya ada perubahan kimiawi perairan yang terjadi di antara keduanya.
Dalam rangka menguaknya, Wahyudi, dkk. (2023) melakukan riset dan mempublikasikannya dalam artikel ilmiah berjudul “Carbon and nutrient enrichment potential of South Java upwelling area as detected using hindcast biogeochemistry variables.”
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya