Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Radiasi Nuklir Berdampak pada Tubuh Manusia?

Kompas.com - 27/07/2023, 15:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Bom nuklir adalah perangkat yang menggunakan reaksi nuklir untuk menciptakan ledakan. Ledakan ini jauh lebih dahsyat daripada ledakan konvensional.

Ketika bom nuklir meledak, ia mengeluarkan empat jenis energi, yakni gelombang ledakan, cahaya yang kuat, panas, dan radiasi.

Bahaya radiasi bagi tubuh manusia

Melansir International Atomic Energy Agency (IAEA), radiasi adalah energi yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam bentuk yang dapat digambarkan sebagai gelombang atau partikel.

Menurut United States Enviromental Protection Energy (US EPA), ada dua jenis radiasi, yakni radiasi non-pengion dan radiasi pengion.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Bom Nuklir Diledakkan di Ruang Angkasa?

Radiasi non-pengion memiliki energi yang cukup untuk menggerakkan atom dalam molekul atau menyebabkannya bergetar, tetapi tidak cukup untuk melepaskan elektron dari atom. Contoh jenis radiasi ini adalah gelombang radio, cahaya tampak, dan gelombang mikro.

Sedangkan, reaksi pengion memiliki begitu banyak energi sehingga dapat melepaskan elektron dari atom, sebuah proses yang dikenal sebagai ionisasi. Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dipancarkan oleh mineral, bom atom, dan reaktor nuklir.

Radiasi pengion dapat berdampak pada tubuh manusia. Saat bahan radioaktif meluruh atau terurai, energi yang dilepaskan ke lingkungan merusak tubuh yang terpapar dengan dua cara, yakni langsung membunuh sel atau dapat menyebabkan mutasi pada DNA. Jika mutasi tersebut tidak diperbaiki, sel dapat berubah menjadi kanker.

Melansir Live Science, Dr. Lydia Zablotska, asisten profesor di departemen epidemiologi dan biostatistik di University of California, San Francisco, mengatakan bahwa yodium radioaktif cenderung diserap oleh kelenjar tiroid dan dapat menyebabkan kanker tiroid.

Baca juga: Kenapa Ledakan Nuklir Membentuk Awan Jamur?

Tetapi, menurut Andre Bouville dari National Cancer Institute, yang telah mempelajari dosis radiasi dari ledakan Chernobyl 1986 di Ukraina, yodium radioaktif berumur pendek dan hanya bertahan sekitar dua bulan setelah ledakan.

Jadi, jika paparan udara terjadi setelah waktu tersebut, yodium radioaktif tidak menimbulkan risiko kesehatan.

Bouville menjelaskan, anak-anak adalah kelompok yang paling berisiko terkena kanker tiroid karena kelenjar tiroid mereka 10 kali lebih kecil dibandingkan orang dewasa. Yodium radioaktif akan lebih terkonsentrasi di dalamnya.

Sementara itu, cesium radioaktif dapat bertahan di lingkungan selama lebih dari satu abad. Tetapi, cesium radioaktif tidak terkonsentrasi di satu bagian tubuh seperti yodium radioaktif.

Baca juga: Uji Coba Trinity, Peledakan Bom Atom Pertama di Dunia

Ledakan Chernobyl melepaskan segumpal bahan radioaktif ke atmosfer dalam sepersekian detik. Pada tahun-tahun berikutnya, kasus kanker tiroid di antara orang-orang yang terpapar meningkat di Ukraina dan negara-negara terdekat. Bouville mengatakan, kanker muncul antara empat dan 10 tahun setelah ledakan.

Kathryn Higley, direktur departemen teknik nuklir dan fisika kesehatan radiasi, Oregon State University, mengatakan bahwa, secara umum, dibutuhkan dosis radiasi yang cukup tinggi untuk meningkatkan risiko kanker.

Misalnya, setelah bencana nuklir Fukushima Daiichi, Jepang, pada tahun 2011 lalu, ada laporan bahwa seorang pekerja Jepang terpapar 10 rem (100 millisievert, mSV), ukuran dosis radiasi. Dari paparan itu, menurut Higley, risiko kanker seumur hidupnya akan naik sekitar setengah persen.

Meski demikian, Bouville menegaskan bahwa paparan radiasi jenis apa pun dapat meningkatkan risiko kanker dan paparan yang lebih tinggi meningkatkan risiko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com