Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

"Warning"! Populasi Macan Tutul Gunung Ungaran di Ambang Kepunahan

Kompas.com - 09/07/2023, 21:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Hendra Gunawan*

DI Jawa Tengah, macan tutul paling terancam!

Pada tahun 2010, dari temuan 48 kantong habitat macan tutul di Jawa Tengah, ada 20 diantaranya termasuk yang direkomendasikan sebagai prioritas untuk dilakukan penyelamatan dari berbagai ancaman dan tekanan aktivitas manusia.

Baca juga: Fakta-fakta Macan Tutul Salju, Hewan Liar di Pegunungan Asia

Sebagaimana hasil riset tahun 2010 tersebut, diketahui bahwa habitat macan tutul di Jawa Tengah telah terfragmentasi berat sehingga populasinya terpecah-pecah menjadi 4 (empat) tipe metapopulasi, yaitu Mainland-Islands metatpopulation, Classic metapopulation, Non Equilibrium metapopulation dan Patchy population.

Secara teoritis, metapopulasi paling aman dan diperkirakan akan bertahan dalam jangka panjang adalah mainland-islands metapopulation dan patchy population. Sementara populasi yang paling rentan dan memiliki risiko tinggi punah dalam waktu dekat adalah Non Equilibrium metapopulation.

Metapopulasi non equilibrium adalah populasi-populasi yang tersebar berjauhan dan tidak terkoneksi satu sama lain, atau populasi yang terisolasi.

Populasi yang terisolasi dalam kondisi normal tanpa ancaman dan tekanan, memiliki risiko punah yang disebabkan oleh faktor seperti erosi genetik akibat in breeding, wabah penyakit dan bencana.

Risiko ini semakin diperparah apabila luasan habitatnya kecil, ada perburuan satwa mangsa dan terjadi aktivitas yang menyebabkan penyusutan dan fragmentasi habitat.

Berdasarkan data tahun 2010, dari 48 lokasi indikasi macan tutul jawa di Jawa Tengah, 31,25 persen berada dalam jaringan metapopulasi non equilibrium, 22,92 persen metapopulasi mainland-islands, 10,42 persen metapopulasi classic dan 35,42 persen populasi patchy.

Disamping itu, 43,75 persen populasi macan tutul di Jawa Tengahberada di habitat dengan tingkat kerawanan tinggi, 35,42 persen kerawanan sedang dan 20,83 kerawanan rendah.

Baca juga: Perbedaan Macan Tutul dan Jaguar

Akibatnya ada 8 populasi (17 persen) memiliki risiko kepunahan lokal tinggi karena luas habitatnya kecil dan terisolasi atau terdegradasi berat, 19 populasi (39 persen) memiliki risiko kepunahan lokal sedang dan 21 populasi (44 persen) memiliki risiko kepunahan lokal rendah.

Populasi Macan tutul Gunung Ungaran, non equilibrium!

Gunung Ungaran merupakan salah satu gunung di Jawa Tengah yang masih memiliki hutan alam relatif baik dibandingkan lingkungan sekitarnya. Hal ini karena hutan di gunung ini statusnya adalah kawasan hutan lindung.

Hutan lindung dicirikan salah satunya oleh lereng yang curam dan sangat curam.

Kondisi topografi yang curam dan sangat curam inilah yang menyebabkan hutannya relatif tidak terganggu karena sulit untuk digarap terutama pada ketinggian 1.000 – 2.050 m dpl.

Disamping itu, juga karena statusnya yang harus dilindungi untuk menjaga sistem tata air atau hidrologi yang berguna bagi daerah di bawahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com