Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/05/2023, 20:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Belasan penumpang pesawat maskapai Asiana Airlines OZ8124, penerbangan dari Jeju ke Daegu, Korea Selatan, dialporkan mengalami hiperventilasi.

Penyebabnya, akibat pintu darurat dibuka oleh seorang penumpang menjelang pendaratan di Bandara Internasional Daegu pada Jumat (26/5/2023).

Video yang menggambarkan peristiwa tersebut pun viral di media sosial.

Akibat peristiwa itu, sebanyak 12 orang mengalami hiperventilasi. Lantas, apa itu hiperventilasi?

Dilansir dari Healthline, hiperventilasi adalah kondisi yang terjadi ketika kita mulai bernapas dengan sangat cepat, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida (CO2).

Baca juga: Apa Itu Sindrom Stiff Person yang Dialami Celine Dion?

Hiperventilasi membuat CO2 dalam tubuh berkurang

Hiperventilasi tersebut menyebabkan jumlah karbon dioksida atau CO2 di dalam tubuh berkurang.

Apabila tubuh kekurangan karbon dioksida, atau kadar CO2 berada dalam level rendah, maka dampaknya pada tubuh dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke otak.

Jadi, bahaya hiperventilasi ini dapat menyebabkan suplai darah ke otak berkurang, sehingga dapat menyebabkan gejala seperti pusing dan kesemutan pada jari.

Bahkan, pada dampak hiperventilasi paling parah dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.

Kasus hiperventilasi sangat jarang terjadi pada sebagian besar orang.

Baca juga: Apa Itu Sunscreen yang Bisa Melindungi Kulit dari Sinar UV?

Seperti yang terjadi pada penumpang penerbangan Asiana di Daegu, yang mana terjadi akibat terbukanya pintu pesawat menjelang mendarat.

Kendati demikian, penyebab hiperventilasi lainnya yakni dapat terjadi sesekali karena respons panik terhadap rasa takut, stres atau fobia.

Sementara, penyebab hiperventilasi yang lain, kemungkinan terjadi sebagai reaksi terhadap keadaan emosional. Misalnya, pada orang yang mengalami depresi, kecemasan atau kemarahan.

Pada saat orang mengalami hiperventilasi, kondisi ini sering dikenal dengan sindrom hiperventilasi.

Gejala hiperventilasi ditandai dengan pernapasan dalam yang cepat, bernapas berlebihan hingga laju pernapasan sangat cepat dan dalam.

Baca juga: Apa Itu Rabies yang Sebabkan Bocah 4 Tahun di Sikka Meninggal?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com