Oleh: Ma'rufin Sudibyo
“BAPAKNYA baru saja mangkat. Apakah hari ini anaknya hendak kita hukum–mati pula?”
(Amr ibn Ash RA, pasca pembunuhan Umar ibn Khattab RA)
Awal April 2022 M, yang adalah awal Ramadhan 1443 H dan juga terjadi perbedaan (antara keputusan Menteri Agama di satu sisi dan PP Muhammadiyah di sisi lain).
Baca juga: #WeAreWithDaniel, Bukti Nyata Ujaran Kebencian Picu Depresi
TVMU menayangkan acara rutin “Dialektika” yang untuk kali itu mengangkat tema “Mengapa 1 Ramadhan hari Sabtu?” Dihadirkan tiga pembicara: Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni selaku ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Tono Saksono selaku Direktur ISRN Uhamka Jakarta dan Andi Pangerang Hasanuddin (untuk selanjutnya kita sebut APH).
Diskusi berjalan baik terlepas dari adanya perbedaan mengawali Ramadhan 1443 H.
Nun di Jombang, keluarga APH banyak beraktivitas dalam naungan kultur Muhammadiyah. Meskipun tidak memiliki nomor baku.
Tak pernah terbayangkan bagi keluarga kecil nan sederhana itu bahwa setahun berikutnya masalah demi masalah menghunjam susul–menyusul. Diawali wafatnya sang ayah.
Lalu belum genap seratus hari dan masih di tahap awal five stages of grief a la Kubler–Ross, APH justru menjadi tersangka ujaran kebencian terhadap Muhammadiyah dengan sangkaan melanggar pasal 45 dan pasal 28 UU no. 19/2006 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Tidak mudah membesarkan APH, tutur sang ibunda. Sedari batita, beliau sudah merasa ada yang berbeda.
Keterbatasan finansial membuat keluarga mereka tidak sanggup mengakses layanan kesehatan khusus secara rutin.
Namun ibunda tak kehilangan akal. Lewat akses informasi akan spektrum kebutuhan khusus dan membandingkannya dengan gejala–gejala yang ditampilkan anandanya, membuatnya meyakini APH memang memiliki kebutuhan khusus.
Baca juga: Buntut Kasus Ancaman Pembunuhan Warga Muhammadiyah, Peneliti BRIN AP Hasanuddin Dipecat sebagai PNS
Akses informasi juga menyodorkan cara penanganan yang kemudian diterapkannya, yakni membesarkan ananda dengan penuh kesabaran, penuh perhatian dan penuh cinta.
Semesta mendukung. Hasil memang tak menghianati usaha. Kerja keras penuh kesabaran membuat APH dapat melalui pendidikan dasar, menengah dan tingginya dengan baik.
Meskipun beberapa kali sempat jalannya demikian terjal dan berliku. Karena karakter kebutuhan khususnya menyebabkan APH lebih beresiko mengalami intimidasi, diperlakukan secara berbeda dan bahkan mengarah pada hal yang negatif.
Kebahagiaan sang ibunda kian membuncah manakala APH akhirnya berlabuh di lembaga pemerintahan yang membidangi langit dan antariksa. Sesuai minatnya yang tumbuh bertahun terakhir.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.