Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Perbedaan Inflamasi Akut dengan Inflamasi Kronis?

Kompas.com - 15/05/2023, 10:33 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit inflamasi kronis atau peradangan kronis dapat menyebabkan tubuh bereaksi berlebihan dan, dalam beberapa kasus, menyerang dirinya sendiri.

Misalnya, pada kondisi multiple sclerosis, sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan saraf sehingga mempersulit sinyal saraf untuk melewatinya. 

Dengan demikian, inflamasi kronis perlu diatasi dengan benar agar tidak terkait dengan penyakit-penyakit lainnya. 

Perbedaan inflamasi kronis dan inflamasi akut

Ada dua jenis inflamasi, yakni inflamasi akut dan inflamasi kronis. Kita mungkin lebih akrab dengan peradangan akut yang dapat berupa kemerahan, panas, bengkak, dan nyeri di sekitar jaringan atau persendian, yang terjadi sebagai respons terhadap cedera. 

Baca juga: Marshanda Idap Inflamasi Kronis, Kondisi Apa Itu?

Saat tubuh terluka, sistem kekebalan tubuh kita akan melepaskan sel darah putih untuk mengelilingi dan melindungi area tersebut.

Dengan demikian, menurut Harvard Medical School, inflamasi akut adalah cara tubuh melawan infeksi dan membantu mempercepat proses penyembuhan. 

Dengan cara ini, inflamasi bersifat baik karena bekerja untuk melindungi tubuh. Proses ini bekerja sama jika kita memiliki virus seperti pilek atau flu.

Sebaliknya, ketika inflamasi meningkat dan bertahan lama, sementara sistem kekebalan terus memompa sel darah putih dan bahan kimia yang memperpanjang proses, kita mengalami kondisi yang disebut inflamasi kronis. 

Dari sudut pandang tubuh, ia diserang secara konsisten sehingga sistem kekebalan terus berjuang tanpa batas waktu.

Baca juga: De ‘Quervain, Peradangan pada Jari yang Banyak Dialami Ibu Baru Usai Melahirkan

Ketika ini terjadi, sel darah putih dapat menyerang jaringan dan organ sehat di sekitarnya. Misalnya, jika kita kelebihan berat badan dan memiliki lebih banyak sel lemak visceral, yakni jenis lemak dalam yang mengelilingi organ, sistem kekebalan mungkin melihat sel tersebut sebagai ancaman dan menyerangnya dengan sel darah putih. 

Semakin lama kita kelebihan berat badan, semakin lama tubuh berada dalam keadaan inflamasi kronis.

Penelitian telah menunjukkan bahwa inflamasi kronis dikaitkan dengan penyakit jantung, diabetes, kanker, radang sendi, serta penyakit usus seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa.

Namun, karena inflamasi kronis dapat berlangsung lama, tidak mudah untuk mengetahui dampak pastinya.

Baca juga: Peradangan Kronis Sendi, Kenali Faktor Risiko dan Cara Mengatasinya

Gejala inflamasi kronis

Inflamasi akut seringnya menyebabkan gejala yang nyata, seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak. Sedangkan, gejala inflamasi kronis biasanya lebih "halus".

Dilansir dari Healthline, berikut adalah beberapa gejala inflamasi kronis yang umum:

  • Kelelahan
  • Nyeri tubuh
  • Depresi atau kecemasan
  • Komplikasi gastrointestinal (diare atau konstipasi)
  • Penambahan berat badan
  • Penurunan berat badan
  • Infeksi persisten

Gejala-gejala ini dapat berkisar dari ringan hingga parah dan biasanya berlangsung selama beberapa bulan atau tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com