KOMPAS.com - Sejak beberapa tahun yang lalu, kampanye tentang pencegahan stunting marak digalakan oleh pemerintah Indonesia. Tujuannya adalah menurunkan angka stunting di Indonesia.
Tapi, apa sih stunting itu? Dan mengapa stunting mendapat perhatian besar dari pemerintah, bahkan dunia?
Baca juga: Cara Mencegah Stunting yang Membahayakan Tumbuh Kembang Anak
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat pemenuhan gizi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.
Seorang anak didiagnosis stunting ketika tinggi badannya berada di bawah standar panjang/tinggi badan berdasarkan usia. Tepatnya, ketika tinggi badan anak kurang dari -2 standar deviasi pada kurva WHO akibat kekurangan gizi kronis atau berkepanjangan.
Ini berarti tidak semua anak yang berperawakan pendek adalah anak stunting. Apalagi, ada banyak faktor yang mempengaruhi tinggi badan seseorang seperti genetik.
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan, tidak semua balita pendek itu stunting. Namun, semua anak yang stunting itu pasti pendek.
Mungkin bagi kita yang awam bertanya-tanya, apa masalahnya jika seseorang berperawakan pendek atau mengalami stunting? Apa efek yang mungkin terjadi ketika seorang anak mengalami stunting?
Seperti definisi yang ditetapkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang. Hal ini tentu akan memunculkan berbagai konsekuensi yang terjadi pada kualitas hidup anak kelak ketika dewasa.
Baca juga: Anak Stunting, Apakah Pertumbuhannya Bisa Diperbaiki?
Beberapa konsekuensi dari stunting misalnya performa sekolah yang tidak baik, kecerdasan intelektual yang buruk, upah kerja saat dewasa yang rendah, hingga produktivitas yang rendah.
Tidak hanya itu, stunting yang disertai dengan kenaikan berat badan berlebihan setelah usia balita juga dapat meningkatkan risiko penyakit kronis terkait gizi saat dewasa.
Berikut beberapa penjelasan mengenai efek stunting pada anak.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan gizi yang buruk tidak hanya mengakibatkan stunting tp kiga fungsi kognitif yang menurun.
Pada studi yang terbit pada Jurnal of Nutrition tahun 1995 menemukan hubungan erat antara malnutrisi kronis dengan penurunan kemampuan kognitif anak.
Riset lain yang terbit dalam jurnal Lancet tahun 2007 menunjukkan bahwa dalam jangka menengah; komponen kognitif, pendidikan, dan perilaku dari sindrom stunting akan berdampak pada perkembangan anak.
Apalagi jika stunting juga terjadi bersamaan dengan stimulasi kognitif yang tidak adekuat, defisiensi yodium, serta anemia defisiensi besi. Hal ini akan membuat anak sulit mencapai potensi perkembangan maksimalnya.
Baca juga: Apa Penyebab Stunting?