KOMPAS.com - Kafein adalah stimulan alami yang paling banyak ditemukan pada tanaman teh, kopi, dan kakao.
Kafein bekerja dengan merangsang otak dan sistem saraf pusat, yang mampu membuat kita tetap waspada dan mencegah kelelahan.
Setelah dikonsumsi, kafein dengan cepat diserap dari usus ke dalam aliran darah. Dari sana, kafein berpindah ke hati dan dipecah menjadi senyawa yang dapat memengaruhi fungsi berbagai organ.
Dilansir dari Healthline, kafein dapat meningkatkan jumlah asam di perut dan dapat menyebabkan mulas atau sakit perut.
Kafein ekstra juga tidak disimpan di tubuh, namun diproses di hati dan keluar melalui urine. Inilah sebabnya mengapa kita mungkin mengalami peningkatan buang air kecil setelah mengonsumsi kafein.
Baca juga: Apa Efek Vitamin E untuk Kesehatan Kulit?
Jika kita mengalami masalah perut, seperti asam lambung atau maag, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter, apakah boleh mengonsumsi kafein.
Dilansir dari Healthline, berikut adalah efek yang dialami tubuh jika terlalu banyak mengonsumsi kafein.
Kafein dalam kopi diketahui dapat meningkatkan kewaspadaan dengan menghalangi efek adenosin, yakni zat kimia di otak otak yang membuat kita merasa lelah.
Pada saat yang sama, kafein juga memicu pelepasan adrenalin, hormon "fight-or-flight" yang terkait dengan peningkatan energi.
Namun, jika tubuh mendapatkan kafein dengan dosis yang lebih tinggi, efek tersebut bisa justru bisa menyebabkan kecemasan dan kegugupan.
Baca juga: Apa Efek Minum Soda bagi Kesehatan Gigi?
Faktanya, gangguan kecemasan yang diinduksi kafein adalah salah satu dari empat sindrom terkait kafein, sebagaimana yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
Kafein seperti dapat merangsang pergerakan usus dengan meningkatkan gerakan peristaltik, yakni kontraksi yang menggerakkan makanan melalui saluran pencernaan.
Karena memiliki efek ini, tidak mengherankan jika terlalu banyak mengonsumsi kafein dapat menyebabkan buang air besar atau bahkan diare.
Meskipun selama bertahun-tahun kopi diyakini menyebabkan sakit maag, sebuah penelitian besar terhadap lebih dari 8.000 orang tidak menemukan adanya hubungan antara keduanya.
Di sisi lain, beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa minuman berkafein, seperti kopi, dapat memperburuk penyakit gastroesophageal reflux (GERD) pada beberapa orang.
Baca juga: Apa Efek Samping Niacinamide bagi Kulit?