Oleh: Jennifer Wollock
HARI Valentine mengganggu banyak orang.
Bagi banyak orang dalam suatu hubungan, tuntutan untuk membuat pasangan terkesan dapat menjadi sangat berat, dan hadiah mahal berfungsi sebagai pengingat komersialisasi Hari Valentine yang tiada henti.
Baca juga: Di Balik Hari Valentine, Santo Valentinus yang Asli Bukan Pelindung Cinta
Sementara itu, mereka yang masih mencari cinta merayakan Hari Valentine dengan rasa takut – sebuah pengingat akan status lanjang mereka dan tuntutan untuk mencari pasangan.
Sebagai sejarawan sastra yang telah mempelajari asal mula Hari Valentine, saya merasa ini memalukan.
Ketika gagasan Hari Valentine sebagai hari romansa muncul di tahun 1380-an, hari Valentine merayakan cinta sebagai kekuatan hidup alami – burung memilih pasangannya, kebebasan untuk memilih atau menolak cinta, dan datangnya musim semi.
Namun, bahkan banyak orang tidak memahami atau menghargai hal-hal ini. Faktanya, inilah mengapa Hari Valentine dibuat.
Orang pertama yang menulis tentang Hari Valentine – hari raya yang berakar dari budaya pagan kuno – sebagai hari libur untuk merayakan cinta dan kekasih adalah kesatria Inggris Geoffrey Chaucer abad ke-14 dan temannya, kesatria dan penyair Oton III de Granson yang dikagumi secara internasional dari Savoy di Prancis modern.
Kedua penyair itu diakui pada masanya sebagai pembela hak asasi manusia. Bersama-sama, mereka tampaknya telah meramu Hari Valentine sebagai hari untuk kekasih.
Baca juga: Hari Valentine, Ini Alasan Ilmiah Mengapa Manusia Jatuh Cinta
Karya mereka mendukung prinsip-prinsip yang masih penting bagi kita saat ini, terutama hak untuk memilih secara bebas dalam cinta dan hak untuk menolak rayuan romantis.
Chaucer dan Granson bertemu untuk melayani Raja Inggris Richard II dan mengagumi puisi mereka satu sama lain.
Puisi mereka tentang Hari Valentine menunjukkan bahwa mereka berperan sebagai tim kesatria internasional untuk mengatasi masalah mendesak dalam teori dan praktik cinta, baik dulu maupun sekarang.
Dalam puisi “The Parliament of Fowls,” Chaucer menghadirkan Hari Valentine sebagai hari ketika burung-burung berkumpul untuk memilih pasangannya di bawah pengawasan alam.
Dalam puisi yang disajikan sebagai mimpi, tiga elang yang bersaing mengungkapkan komitmen seumur hidup mereka untuk satu betina.
Burung-burung dari status sosial yang lebih rendah dan temperamen yang berbeda, mengantre dan bertengkar tentang bagaimana mengatasi kebuntuan agar mereka juga dapat memilih pasangannya.