Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gempa Kerak Dangkal di Jayapura dengan 1.072 Kali Gempa sejak Januari 2023

Kompas.com - 10/02/2023, 08:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Gempa Jayapura berkekuatan M 5,4 menyebabkan banyak kerusakan bangunan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan gempa bumi ini merupakan gempa tektonik dangkal.

Wilayah Jayapura, Papua memiliki karakteristik gempa kerak dangkal. Berkekuatan M 5,4 dengan parameter update M 5,2, gempa bumi ini berpusat di kedalaman 10 Km, ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Sejak Januari 2023, wilayah Jayapura telah diguncang 1.072 gempa susulan.

Deputi Bidang Geofisika BMKG Suko Prayitno Adi mengatakan wilayah Jayapura memiliki aktivitas gempa yang sangat tinggi. Karakteristik inilah yang menyebabkan banyak gempa susulan yang terjadi.

Sementara itu, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan wilayah Jayapura merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks.

"Ini tercermin dari perbedaan mekanisme sumber gempa yang terjadi pada 2 Januari 2023, yang saat itu merupakan gempa kerak dangkal dengan mekanisme turun atau normal fault," kata Daryono, Kamis (9/2/2023).

Baca juga: Mengenal Gunung Berapi Meletus Tipe Hawaii Seperti Mauna Loa

Sedangkan gempa Jayapura yang baru saja terjadi juga merupakan gempa kerak dangkal, tetapi dengan mekanisme sesar geser (strike-slip).

Gempa kerak dangkal di Jayapura, menurut Daryono, memiliki aktivitas gempa yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa batuan di kawasan ini sangat rapuh, sehingga mampu mengakumulasi energi, sehingga mudah terjadi gempa.

Analisis gempa kerak dangkal Jayapura

Lebih lanjut Daryono menjelaskan, gempa Jayapura diduga merupakan tipe gempa tectonic earthquake swarm.

"Dalam swarm, bisa terjadi salah satu gempa yang relatif besar dan punya aftershock (gempa susulan) juga, namun ini masih akan kami teliti lebih lanjut," jelas Daryono.

Melihat gempa yang terjadi di Jayapura dengan mekanisme sumber gempa di zona normal fault dan strike-slip fault, Daryono mengungkapkan bahwa kemungkinan terjadi fenomena off fault seismisity.

"(Fenomena) gempa yang terjadi sebelumnya dengan tipe mekanisme sumber sesar turun (diduga) bisa memicu sesar di dekatnya. Ini dibuktikan pada gempa yang terjadi hari ini (9 Februari) yang berbeda dengan gempa Januari," papar Daryono.

Baca juga: Mengenal Ular King Cobra, Ular Berbisa Terpanjang di Dunia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com