KOMPAS.com - Bullying atau perundungan dapat terjadi di mana saja, seperti di sekolah, tempat kerja, bahkan rumah kita sendiri.
Biasanya, pelaku bullying menargetkan orang yang lebih kecil, lebih lemah, atau minoritas sebagai korbannya.
Bentuk bullying dapat beragam, bisa berupa ancaman, penghinaan, intimidasi, pengucilan, kekerasan fisik, menyebarkan kebohongan tentang korban, dan lain-lain.
Mengutip Psychology Today, seseorang melakukan bullying karena ia menganggap penindasan sebagai cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, setidaknya dalam jangka pendek, dan karena mereka tidak memiliki keterampilan sosial untuk melakukannya selain dengan menindas orang lain.
Baca juga: Psikolog Ingatkan Pentingnya Waspadai Cyber Bullying pada Anak di Dunia Maya
Bullying juga merupakan cara bagi pelaku untuk membangun dominasi sosial dan mengontrol orang-orang di sekitarnya.
Penelitian menemukan bahwa pelaku bullying tidak memiliki perilaku prososial, tidak terganggu oleh kecemasan, dan tidak memahami perasaan orang lain.
Selain itu, mereka menunjukkan ciri kognitif yang khas, misalnya kerap salah membaca niat orang lain atau sering kali menilai adanya permusuhan dalam situasi netral.
Bullying tidak hanya berbahaya bagi korban, tetapi juga bagi orang-orang yang menyaksikannya dan pelaku itu sendiri.
Baca juga: Apa Dampak Jangka Panjang Bullying bagi Anak-anak?
Dilansir dari Verywell Mind, berikut adalah beberapa dampak bullying bagi korban:
Orang yang sering melihat bullying juga bisa merasakan dampak buruknya. Mereka mungkin juga mengembangkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Selain itu, saksi bullying mungkin merasa bersalah atau malu karena tidak bisa membantu korban.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.