Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma Fisik, Astronot Hadapi Tantangan Mental Saat Lakukan Perjalanan Luar Angkasa

Kompas.com - 06/06/2022, 09:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Para astronot setidaknya telah bertugas selama 61 tahun terakhir ini untuk mengeksplorasi luar angkasa

Namun penjelajahan tanpa batas itu bukannya tanpa risiko. Para astronot harus berhadapan dengan sejumlah batasan-batasan tubuh dan juga pikiran manusia seperti radiasi, kurang gravitasi, dan lain sebagainya.

Efek tersebut telah didokumentasikan dengan baik dari waktu ke waktu, terutama selama Twins Study pada 2019 yang membandingkan perubahan astronot Scott Kelly setelah hampir satu tahun berada di luar angkasa dengan saudara kembarnya Mark, yang tetap tinggal di Bumi.

Belakangan, NASA kembali berencana mengirim manusia ke Bulan dan akhirnya mendarat di Mars melalui program Artemis.

Baca juga: NASA Berencana Kirimkan Dua Astronot dalam Misi ke Mars

Dan ilmuwan pun tertarik untuk memahami efek apa yang dapat ditimbulkan dari perjalanan jangka panjang ke luar angkasa.

Sebuah pertanyaan besar yang diajukan adalah apakah manusia secara mental dan emosional siap melakukannya? Dan bagaimana menanganinya?

Apalagi, Scott Kelly pernah menceritakan hal apa yang paling ia rindukan dari Bumi, ketika bertugas selama setahun di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

"Tentu saja cuacanya. Hujan, Matahari, Angin. Dan kemudian saya merindukan orang-orang, keluarga, dan teman-teman," katanya seperti dikutip dari CNN, Minggu (5/6/2022).

Hasil penelitian

Studi tahun 2021 pernah membuat para relawan hidup selama dua bulan dalam simulasi tanpa gravitasi.

Ini dilakukan dengan cara menempatkan mereka di tempat tidur khusus dengan kepala dimiringkan ke bawah pada sudut 6 derajat.

Kemiringan itu lah yang kemudian menciptakan pergeseran cairan tubuh ke arah kepala yang dialami astronot saat kekurangan gravitasi.

Tak hanya mencatat soal fisiknya, rupanya ilmuwan menemukan, bahwa peserta mengalami emosi yang buruk secara keseluruhan. Selama tes, mereka lebih cenderung melihat ekspresi wajah sebagai marah, daripada bahagia atau netral.

"Astronot dalam misi luar angkasa yang panjang, sangat mirip dengan peserta penelitian kami. Mereka akan menghabiskan waktu yang lama dalam gaya berat mikro, terbatas dalam ruang kecil dengan beberapa astronot lainnya," kata Mathias Basner, penulis studi ini.

Baca juga: Amankah bagi Manusia Melakukan Misi Perjalanan ke Mars? Ini Penjelasan Ilmuwan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com