Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 20 Persen Lansia di Indonesia Alami Gangguan Memori, Ini Hasil Studinya

Kompas.com - 29/05/2022, 10:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi yang meneliti prevalensi kasus demensia di beberapa wilayah di Indonesia, menunjukkan lebih dari 20 persen lansia mengalami gangguan memori berupa demensia.

Adapun wilayah yang diteliti dalam studi tersebut di antaranya DI Yogyakarta, Bali, Bogor, Jatinangor, Jakarta, dan Medan.

Hal itu disampaikan Neurolog sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) UNIKA Atma Jaya, Prof Dr dr Yuda Turana, SpS (K).

Menurutnya, kasus ini lebih tinggi dibandingkan prevalensi demensia pada lansia secara global, di mana angkanya rata-rata di bawah 10 persen.

Baca juga: Risiko Demensia Bisa Meningkat, Studi Jelaskan Penyebabnya

Kondisi tersebut, kata dia, bukan hanya berdampak pada pasien melainkan anggota keluarga lainnya.

"Demensia menjadi concern di Indonesia. Bayangkan kalau ada lansia, dua sampai tiga (dari jumlah itu) demensia. Artinya, bicara demensia bukan hanya pasien lansianya, tetapi juga keluarganya, bisa pasangannya, anaknya, bisa ibunya," ungkap Yuda dalam konferensi pers daring, Jumat (27/5/2022).

Demensia adalah penyakit yang mengakibatkan gangguan penurunan fungsi otak, dan dapat memengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku serta kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit ini juga menimbulkan masalah sosial maupun ekonomi.

Menurut survei Alzheimer Indonesia, hampir 40 persen pengasuh melaporkan menghabiskan Rp 1 juta sampai Rp 3 juta per bulan untuk merawat anggota keluarga dengan demensia. Sementara 15 persen di antaranya menghabiskan Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan.

Sehingga, penanganannya pun menjadi masalah bersama yang perlu dilakukan masyarakat terutama untuk mencegah demensia di kemudian hari.

“Kondisi yang dialami oleh lansia ini tidak boleh diterima dengan pasrah. Deteksi dini dapat membantu keluarga menghindari beban psikologis dan finansial yang lebih berat,"

"Keluarga, termasuk generasi muda harus aktif menciptakan lansia yang sehat dan mandiri dengan menciptakan support sistem yang ideal bagi lansia," sambungnya.

Di sisi lain, Prof Yuda bersama tim peneliti dari Alzheimer Indonesia (ALZI) yang disebut STRiDE, bekerja sama dengan SurveyMeter untuk melihat data lansia dengan demensia di Indonesia.

Studi yang berupa Elderly Report, memaparkan demografi populasi lansia di Indonesia, masalah kesehatan yang mereka alami, serta rekomendasi program untuk mendukung kualitas hidup lansia dan orang dengan demensia.

Berdasarkan studinya, para peneliti menemukan bahwa generasi muda yang merawat pasien demensia di dalam keluarga, rentan terhadap gangguan produktivitas kerja, stabilitas keuangan serta kesehatan mental dan fisik.

Sebagai gambaran, waktu yang dihabiskan peserta penelitian untuk merawat pasien demensia sekitar 143,1 jam per bulan. Sebagian besar dari mereka termasuk dalam kelompok usia produktif di keluarganya.

"Bayangkan kalau yang merawat adalah yang usia produktif, kemudian tetap harus bekerja. Itulah waktu yang hilang, dan waktu itu adalah yang akhirnya kena aspek ekonomi," ujar Yuda.

Ia menambahkan, data STRiDE menunjukkan pula kualitas hidup para lansia dengan demensia lebih rendah, dibandingkan lansia yang sehat.

Baca juga: Ahli Minta Jangan Maklumi Lansia yang Pikun, Ini 10 Gejala Demensia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com