Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadir di Pertemuan G20, Meirinda Sebayang Bagikan Perjuangannya Sembuh dari Tuberkulosis

Kompas.com - 01/04/2022, 12:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu penyintas tuberkulosis resisten obat, Meirinda Sebayang, turut hadir dalam pertemuan G20 Side Event Tuberkulosis yang digelar di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai penyintas tuberkulosis atau TBC, dia membagikan kisah perjuangannya melawan penyakit mematikan tersebut.

Perempuan yang memimpin komunitas Jaringan Indonesia Positif itu menceritakan pengalamannya di tahun 2006 silam, di mana dirinya pertama kali didiagnosis terkena TBC.

Baca juga: Kisah Dhona Rifana, Penyintas dan Guru Talasemia

Pada awalnya Meirinda sempat mengalami sejumlah gejala tuberkulosis seperti turunnya berat badan, tidak bisa makan, hingga muncul keringat berlebih saat malam hari.

Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosis dirinya terkena tuberkulosis dan harus menjalani pengobatan untuk bisa pulih.

"Obatnya saat itu tahun 2006, banyak banget. Kemudian dari efek samping yang pertama udah cukup berat karena memang burden (beban) obat yang sangat banyak itu pasti ada efek sampingnya," ujar Meirinda, Rabu (30/3/2022).

Meski pengobatan tuberkulosis telah dijalani, kondisi kesehatannya tak kunjung membaik. Dia sempat kembali melakukan pemeriksaan ke berbagai klinik maupun rumah sakit swasta.

"Pada saat itu saya enggak tahu program nasional untuk TB, my ignorance (ketidakpedulian saya) jadi masalah di sini," tutur Meirinda.

Ketika melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang kedua, dokter melakukan pengambilan sampel, lantaran ada pembengkakan kelenjar. Kondisi kesehatannya juga belum membaik meski pengobatan masih dilakukannya.

"Kondisi saya enggak semakin membaik, diteruskan obatnya semakin tidak membaik. Saya sempat tidak sadar diri dan dibawa ke rumah sakit yang lain," imbuhnya.

Akhirnya dokter yang menangani merekomendasikan Meirinda untuk berobat ke Bangkok, Thailand karena kondisi penyakit TBC yang dideritanya itu. Dia pun mengatakan bahwa pembiayaan pengobatan TBC ini tidaklah murah.

Akan tetapi, karena keinginan besarnya untuk segera pulih dan bangkit kembali, keluarga sepakat untuk membawanya berobat ke salah satu rumah sakit di Bangkok.

Di sana, kata Meirinda, dirinya harus menerima suntikan obat setiap dua hari selama tiga sampai lima bulan. Selain itu, diberikan pula obat-obatan tuberkulosis, vitamin B6, dan sebagainya untuk memperbaiki kondisi kesehatannya.

Baca juga: Angka Kematian Kasus Tuberkulosis di Dunia Makin Meningkat Selama Pandemi, Apa Sebabnya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com