Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Vaksin Respons Antibodi Covid-19 Membaik Selama Berbulan-bulan, Studi Jelaskan

Kompas.com - 11/03/2022, 17:01 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Vaksin menjadi cara terbaik untuk melindungi diri dari infeksi Covid-19. Orang yang menerima vaksin akan memperoleh pertahanan yang kuat terhadap SARS-CoV-2, karena antibodi yang terbentuk oleh vaksin.

Melansir laman resmi NIH, vaksin mengaktifkan sistem pertahanan penyakit tubuh yang disebut sistem kekebalan. Responnya dimulai dengan melibatkan dua jenis sel kekebalan yaitu sel B yang menghasilkan antibodi melawan virus dan sel T yang menghancurkan sel terinfeksi.

Setelah respons awal ini, kadar antibodi dalam aliran darah mulai turun. Tapi beberapa sel B dan T tetap ada untuk menyimpan memori virus dan melawan infeksi di masa depan.

Untuk mengoptimalkan vaksin Covid-19 dan memprediksi suntikan booster diperlukan, para peneliti telah bekerja untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sel-sel memori ini.

Dalam studi sebelumnya, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Ali Ellebedy di Universitas Washington di St. Louis menunjukkan bahwa sel B yang diaktifkan dapat bertahan selama berbulan-bulan setelah vaksinasi Covid-19 di daerah kelenjar getah bening yang disebut pusat germinal.

Pusat germinal merupakan area di mana sel B dapat berevolusi untuk membuat antibodi yang lebih efektif. Sel B memori jangka panjang muncul dari proses ini. Beberapa sel B penghasil antibodi yang tahan lama juga dapat berpindah ke sumsum tulang.

Baca juga: Lawan Omicron, Antibodi Penetralisir Vaksin Pfizer Turun 41 Kali Lipat

Dalam studi baru tentang respons antibodi terhadap Covid-19 akan membaik setelah berbulan-bulan setelah vaksin, para peneliti mulai melacak evolusi sel B terhadap protein spike dari virus SARS-CoV-2 setelah vaksinasi Covid-19.

Protein spike digunakan untuk mengembangkan vaksin corona karena memungkinkan virus menempel dan menginfeksi sel-sel tubuh.

Tim menganalisis sel B dan antibodi dari 43 orang sehat yang menerima dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech, dengan 13 di antaranya memiliki riwayat infeksi SARS-CoV-2.

Peneliti mengumpulkan sampel darah, baik sebelum dan selama enam bulan setelah peserta penelitian divaksinasi. Selain itu, juga dikumpulkan sampel sumsum tulang dan kelenjar getah bening dari subset peserta.

Studi yang dilakukan didanai terutama oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular NIH (NIAID). Hasil telah muncul di jurnal Nature pada 15 Februari 2022.

Pada enam bulan setelah vaksin Covid, tim menemukan respons antibodi dan sel B memori terhadap protein spike SARS-CoV-2 pada semua peserta. Sembilan dari 11 sampel sumsum tulang juga memiliki sel B spesifik protein spike.

Baca juga: Bantu Memperkuat Antibodi, Vaksin Covid-19 Cegah Munculnya Gejala Parah

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com