Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Terjadi Hujan Es? Ini Penjelasannya Menurut Sains

Kompas.com - 22/02/2022, 13:30 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena hujan es kerap terjadi di Indonesia membuat takjub banyak orang, bahkan sebagian orang menganggapnya menakutkan. Kenapa terjadi hujan es?

Fenomena hujan es

Fenomena hujan es adalah presipitasi dalam bentuk es dalam berbagai ukuran dan bentuk yang tidak beraturan. Ukuran es yang jatuh bisa 5 sampai 50 milimeter. Hujan es ini berpotensi membahayakan dan merusak jika terjadi dalam skala besar, contohnya menyebabkan kerusakan pada atap rumah.

Walaupun begitu, fenomena hujan es ternyata merupakan hal yang biasa terjadi, khususnya di wilayah tropis. Hujan es umumnya terjadi pada musim peralihan yang disertai dengan hujan lebah, petir, dan angin kencang.

Dalam istilah meteorologi, hujan es disebut juga dengan hail. Hujan es dihasilkan oleh awan kumulonimbus dan hanya terjadi dalam waktu singkat, yaitu kurang dari 1 jam.

Baca juga: Hujan Es di Surabaya, Analisis BMKG Ungkap Penyebabnya

Proses terjadinya hujan es

Hujan es terjadi akibat terbentuknya awan kumulonimbus yang menjulang tinggi ke angkasa hingga ketinggian lebih dari 9.000 meter. Suhu di bagian puncak awan tersebut bisa mencapai -60 derajat Celsius sehingga uap air akan membentuk kristal-kristal es.

Jika awal cukup tinggi dan suhu Bumi lebih panas, es tersebut akan turun sebagai hujan air biasa. Namun, jika ketinggian awan lebih dekat ke Bumi, maka kristal es tersebut akan jatuh sebagai hujan es.

Semakin besar dan tinggi awan yang terbentuk, maka semakin besar pula es yang mungkin terbentuk. Diameter hujan es terbesar yang pernah tercatat adalah 20,3 sentimeter dan berat 1 kilogram yang terjadi di Dakota Selatan, Amerika Serikat.

Hujan es bisa merusak dan berbahaya bagi manusia karena bongkahan es tersebut jatuh dengan kecepatan tinggi yang dipengaruhi gaya gravitasi. Hujan es jatuh dengan kecepatan 170 kilometer per jam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com