Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Jelaskan Wabah Zombi dari Sudut Pandang Sains

Kompas.com - 01/02/2022, 20:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Film dengan tema zombi selalu menarik perhatian para pencinta horor-thriller.

Bagaimana manusia bertahan hidup dari kejaran zombi hingga kebrutalan para mayat hidup saat memburu manusia menjadi nilai jual tersendiri.

Profesor dan psikiater dari Harvard Medical School, Dr. Steven Schlozman, mencoba menjelaskan fenomena wabah zombi dari sudut pandang sains.

Tentunya, sebagai seorang dokter, hampir tidak mungkin bagi Schlozman untuk menonton film zombi tanpa mendiagnosis masalah neurologis mereka.

Wabah zombi menurut sains 

Dilansir dari Live Science, Schlozman menegaskan terlebih dahulu bahwa zombi adalah makhluk yang tidak nyata.

Baca juga: Apa Itu Supernova dan Bagaimana Proses Terjadinya? Ini Penjelasan Sains

"Mereka tidak ada. Saya seorang dokter, saya harus memberi tahu kapan Anda harus khawatir dan Anda tidak perlu khawatir tentang zombi," kata Schlozman.

Hal pertama yang disoroti oleh dokter yang menjuluki dirinya sebagai Dr. Zombie ini adalah gaya berjalan zombi yang terseok-seok dan sulit menjaga keseimbangan.

Menurut Schlozman, masalah gaya berjalan tersebut berakar di otak kecil, sebuah wilayah di bagian bawah otak yang bertanggung jawab untuk keterampilan motorik dan koordinasi manusia.

Kemudian, zombi yang merupakan mayat hidup tampak benar-benar tidak tahu dengan apa yang mereka lakukan.

Hal tersebut menunjukkan beberapa kerusakan atau kelainan pada lobus frontal, yang juga mengontrol impulsivitas, kata Schlozman. 

Baca juga: Kenapa Jantung Kita Berdetak Lebih Cepat Saat Takut? Sains Jelaskan

"Anda belum pernah melihat zombi yang ragu-ragu," ucapnya.

Para mayat hidup ini tidak hanya bodoh dan impulsif, tetapi juga terlihat selalu marah, yang bisa menjadi tanda amigdala yang terlalu bersemangat.

Namun, mungkin zombi marah karena mereka tidak cukup makan. Menurut Schlozman, rasa lapar zombi yang luar biasa mungkin merupakan gejala yang paling sulit dijelaskan dari sudut pandang klinis.

"Gagasan tentang kelaparan dan sakit yang tak terpuaskan itu sulit dijelaskan," ujar Schlozman. 

"Ada virus tertentu dan juga lesi tertentu yang dapat memengaruhi wilayah otak, yakni hipotalamus ventromedial, yang memengaruhi rasa kenyang dan itu juga memengaruhi perasaan bahwa Anda sudah cukup makan".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com