KOMPAS.com – Infeksi Covid-19 dapat menimbulkan berbagai gejala. Rambut rontok adalah salah satu gejala yang dilaporkan oleh orang yang telah pulih dari Covid-19.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat rambut rontok sebagai salah satu potensi efek jangka panjang Covid-19 yang masih diteliti.
Dilansir dari Healthline, 22 Desember 2020, berikut adalah penjelasan mengenai Covid-19 dan gejala kerontokan rambut.
Sebuah studi pada akhir tahun 2020 lalu menyelidiki gejala awal Covid-19 dalam kelompok kecil yang terdiri dari 63 peserta.
Dari jumlah peserta tersebut, 14 peserta atau 24,1 persennya melaporkan gejala kerontokan rambut.
Baca juga: Meski Jarang Terjadi, Sindrom Peradangan Bisa Menyerang Orang Dewasa Pasca Covid-19
Dalam penelitian ini, waktu rata-rata munculnya gejala Covid-19 berupa kerontokan rambut adalah sekitar 58 hari.
Masalah rambut rontok ini dapat diatasi pada lima dari 14 peserta. Sementara itu, sembilan peserta masih mengalami masalah kerontokan rambut saat diwawancara.
Kerontokan rambut yang dialami setelah terinfeksi Covid-19 konsisten dengan kondisi telogen effluvium (TE).
Orang dengan TE melaporkan masalah rambut rontok yang tiba-tiba. Biasanya, rambut rontok dalam jumlah banyak ketika disisir atau mandi.
Kebanyakan orang dengan TE mengalami kerontokan rambut setelah 2 hingga 3 bulan dari peristiwa pemicunya.
Baca juga: 5 Cara Ampuh Mencegah Efek Samping Setelah Vaksin Covid-19
Lantas, bagaimana Covid-19 dapat menyebabkan kerontokan rambut? Perlu diketahui bahwa salah satu pemicu TE adalah penyakit akut yang disertai demam.
Orang yang terinfeksi Covid-19 mengalami beberapa gejala, salah satu yang paling umum adalah demam.
Selain itu, TE juga bisa dipicu oleh stres. Mungkin orang-orang yang terinfeksi Covid-19 mengalami stres fisik dan emosional sehingga memicu TE.
Ada kemungkinan bahwa masalah kerontokan rambut berkaitan dengan tingkat keparahan Covid-19. Namun, mekanisme biologis di baliknya masih belum bisa dijelaskan.
Sebuah studi pada tahun 2020 mengevaluasi 175 orang dengan Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Para peneliti mengamati, sejumlah besar peserta (67 persen) memiliki alopecia androgenik.
Baca juga: Memakai Masker Dobel Lebih Efektif Cegah Covid-19, Benarkah?
Studi lain di tahun yang sama membandingkan masalah kebotakan pada 336 pria yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dan 1.605 pria yang dirawat bukan karena Covid-19.
Hasilnya, pria yang masalah kebotakan paling menonjol lebih mungkin untuk dites positif Covid-19.
Meski beberapa penelitian telah dilakukan, penting untuk menegaskan bahwa penelitian terkait topik ini masih terbatas.
Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memberikan penjelasan menyeluruh mengenai kaitan antara Covid-19 dan rammbut rontok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.