Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

EWS UGM Alat Deteksi Gempa 3 Hari Sebelum Terjadi, Ini Kata BMKG

Kompas.com - 04/06/2021, 14:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini mengklaim sudah berhasil menemukan sistem peringatan dini berupa alat deteksi gempa, Early Warning System (EWS) yang dapat mendeteksi gempa sebelum kejadian.

"Pengalaman selama ini kami baru dapat memprediksi 3 hari sebelum gempa dengan lokasi antara Aceh hingga NTT. Algoritma awal kami hanya mendeteksi dini  3-7 hari sebelum gempa khusus untuk DIY. Mengingat stasiun pemantau kami hanya ada di DIY," ujar Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini (EWS) Gempa UGM Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D. dalam keterangan tertulis Humas UGM, Rabu (2/6/2021).

Sebelumnya disebutkan, bahwa alat EWS UGM itu telah mendeteksi gempa Toli Toli.

Prof Sunarno menjelaskan bahwa hal itu tidak benar, sebab, alat tersebut hanya dipasang di DIY, sehingga tidak mendeteksi gempa di wilayah itu.

"Kalau alat ini dipasang di Sulawesi, mungkin bisa mendeteksi, tetapi saat ini, alat tersebut hanya dipasang di DIY dan hanya mendeteksi gempa di satu lempeng saja, yakni lempeng Indo-Australia dari Aceh sampai NTT," jelas Prof Sunarno seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (4/6/2021).

Baca juga: Alat Deteksi Gempa UGM Prediksi Gempa Bumi dari Aceh hingga NTT

 

Dari informasi BMKG, pada Sabtu (29/5/2021) pukul 08.25.14 WIB, wilayah Toli Toli diguncang gempa tektonik dengan magnitudo 5,3. Pusat gempa berlokasi di laut pada jarak 87 km arah barat Kota Tolitoli, Sulawesi Tengah, pada kedalaman 27 km.

Prof Sunarno menjelaskan bahwa alat deteksi gempa atau EWS UGM ini telah dipasang di lima titik di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Di DIY alat ini sudah mampu memprediksi 3-7 hari sebelum kejadian gempa.

Kendati memprediksi gempa bumi yang akan terjadi, namun lokasi tepat di mana gempa itu akan terjadi belum dapat dipastikan. Sebab, alat deteksi gempa, EWS UGM tersebut hanya mendeteksi sepanjang lempeng Indo-Australia, yakni dari Aceh hingga NTT.

Baca juga: Peneliti Jepang Temukan Cara Deteksi Gempa 10 Detik Sebelum Guncangan

 

"Tetapi wilayah ini kan, luas, lokasinya di mana tidak bisa dipastikan. Oleh sebab itu, tahun ini, kami mendapat hibah penelitian dari Ristek untuk memasang 10 alat di sepanjang Pulau Jawa, harapannya bisa menunjukkan lokasi tepat di mana gempa akan terjadi," kata Prof Sunarno kepada Kompas.com.

Sementara itu, mengenai alat deteksi gempa UGM ini, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono pun angkat bicara.

"BMKG operasikan alat itu sudah lama tapi tidak kita siarkan karena memang banyak tidak konsisten," kata Daryono kepada Kompas.com, Kamis (3/6/2021).

Di Indonesia setiap hari terjadi lebih dari 18 kali gempa. Untuk gempa magnitudo di bawah M 5,5 sebarannya sangat banyak tanpa diprediksi pun muncul sendiri-sendiri.

"Jika memang ada alat (seperti EWS UGM) yang dapat memprediksi gempa, sebaiknya untuk gempa kuat dengan magnitudo di atas M 6,0 supaya tidak dibilang kebetulan," ujarnya.

Baca juga: Gempa M 5,3 Hari Ini Guncang Toli Toli Terasa Hingga Skala 4 MMI

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com