Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan: Sinar Matahari Kemungkinan Bisa Merusak Virus Corona Lebih Cepat dari Perkiraan

Kompas.com - 06/04/2021, 17:03 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Tim ilmuwan baru-baru ini tampaknya melihat bahwa virus corona kemungkinan lebih rentan terhadap radiasi ultraviolet sinar matahari, daripada yang telah diperkirakan sebelumnya.

Insinyur mekanik UC Santa Barbara Paolo Luzzatto-Fegiz dan rekannya melihat inaktivasi virus corona delapan kali lebih cepat dalam percobaan, daripada yang diperkirakan dalam teori.

"Teori tersebut mengasumsikan bahwa inaktivasi bekerja dengan cara membuat UVB mengenai RNA virus, dan kemudian merusaknya," jelas Luzzatto-Fegiz.

Baca juga: Cara Menjemur Bayi yang Benar agar Kulitnya Tidak Iritasi dan Terbakar Matahari

Sinar UV, atau bagian spektrum ultraviolet, mudah diserap oleh basa asam nukleat tertentu dalam DNA dan RNA, yang dapat menyebabkannya terikat dengan cara yang sulit diperbaiki.

Tapi tidak semua sinar UV itu sama. Gelombang UV yang lebih panjang, disebut UVA, yang mana tidak memiliki cukup energi untuk menimbulkan masalah.

Gelombang UVB jarak menengah di bawah sinar matahari, bertanggung jawab untuk membunuh mikroba, tapi menempatkan sel tubuh pada risiko kerusakan akibat sinar matahari.

Sementara radiasi UVC gelombang pendek, telah terbukti efektif melawan virus seperti SARS-CoV-2, meskipun radiasi tersebut masih tersimpan dengan aman dalam cairan manusia.

Tetapi jenis UV ini biasanya tidak bersentuhan dengan permukaan bumi, berkat adanya lapisan ozon.

"UVC sangat bagus untuk rumah sakit," kata rekan penulis dan ahli toksikologi Oregon State University, Julie McMurry.

"Tapi di lingkungan lain - misalnya, dapur atau kereta bawah tanah - UVC akan berinteraksi dengan partikulat dan menghasilkan ozon yang berbahaya."

Melansir Science Alert, pada Juli 2020, sebuah studi penting menemukan, bahwa simulasi sinar matahari dengan cepat menonaktifkan SARS-CoV-2 di permukaan.

Menurut perkiraan mereka, 90 persen virus SARS-CoV-2 dinonaktifkan setiap 10-20 menit dalam air liur yang disimulasikan ketika terkena simulasi sinar matahari yang mewakili hari musim panas di permukaan laut.

Bulan berikutnya, studi lain menghasilkan model teoritis yang menggambarkan inaktivasi SARS-CoV-2 oleh sinar matahari.

Luzzatto-Feigiz dan tim membandingkan hasil keduanya.

Baca juga: Ahli: Manfaatkan Matahari sebagai Sumber Vitamin D Gratis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com