Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Bernyanyi dalam Paduan Suara Tingkatkan Penularan Covid-19?

Kompas.com - 06/10/2020, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Bernyanyi dinyatakan sebagai aktivitas yang meningkatkan risiko penyebaran virus corona, terutama setelah klaster positif Covid-19 di kelompok paduan suara keagamaan bermunculan.

Selama pandemi, aktivitas bernyanyi di tempat peribadatan Inggris hanya boleh dilakukan oleh penyanyi profesional. Di sisi lain, seluruh gereja tak boleh menyelipkan aktivitas bernyanyi dalam ibadah.

"Masyarakat semestinya menghindari aktivitas bernyanyi, berteriak, dan meninggikan suara. Alasannya adalah potensi penyebaran virus yang meningkat lewat droplet dan aerosol di udara," demikian anjuran pemerintah Inggris.

Namun sebuah kajian ilmiah menduga bahwa bukan aktivitas bernyanyi yang menggenjot penyebaran virus corona, melainkan volume dari suara seseorang.

Baca juga: Selain Pakai Masker, Ventilasi Jadi Kunci Cegah Penularan Covid-19

Kajian ini juga akan mengungkap jumlah droplet yang bisa terhambat masker wajah tertentu. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk mengizinkan umat beragama bernyanyi secara kolektif dalam setiap ibadah mereka.

Menghitung droplet

Laurence Lovat, seorang profesor ilmu gastroenterologi dan biofotonik di University College London, berencana mencari jawaban atas hipotesa tersebut.

Lovat akan melibatkan sejumlah responden dengan gender, tinggi, usia, dan latar etnisitas yang berbeda. Ia juga akan memasukkan responden yang berjanggut dan brewok serta yang tak memiliki rambut di wajah.

Lovat akan meminta responden penelitiannya bernyanyi dalam volume suara yang berbeda. Dari situ dia akan menghitung perbedaan aerosol dan droplet yang mereka keluarkan.

"Pandemi Covid-19 secara drastis mengubah rutinitas ibadah masyarakat, baik harian maupun mingguan. Pandemi ini berdampak pada aktivitas ibadah, sesi diskusi antarkelompok atau bahkan bernyanyi," kata Lovat.

"Penelitian kami bertujuan menunjukkan bagaimana praktik beribadah telah berubah dan menemukan risiko penyebaran seperti apa yang muncul ketika mereka bernyanyi, bersenandung, dan saat tidak memakai masker."

Dalam kajian itu, Lovat juga akan meminta respondennya mengisi kuisoner tentang bagaimana peribadatan mereka berubah sejak pandemi berlangsung.

Para peneliti di Florida Atlantic University mempelajari bagaimana droplets bergerak dari berbagai jenis masker.Florida Atlantic University via ABC News Para peneliti di Florida Atlantic University mempelajari bagaimana droplets bergerak dari berbagai jenis masker.

Mereka akan ditanyai tentang keterlibatan mereka dalam ibadah berjamaah dan pengalaman ibadah mereka sejak Maret, ketika pembatasan pertemuan dan perjalanan diberlakukan.

Sekelompok responden akan dipilih untuk bernyanyi, atau bersenandung di depan sinar laser yang terang dan kamera berkecepatan tinggi yang akan mendeteksi tetesan kecil uap air (aerosol) yang terbang ke udara.

Ada bukti bahwa virus corona dapat menyebar melalui partikel-partikel kecil ini. Adapun cahaya terang akan memungkinkan tetesan tersebut terlihat. Kamera yang merekam 7.000 gambar dalam setiap satu detik.

"Kami akan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang yang dapat dan yang tidak semestinya kita lakukan," ujar Lovat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com