Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura dan Zurich Jadi Kota Termahal di Dunia

Kompas.com - 07/01/2024, 10:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Singapura dan Zurich dinobatkan sebagai kota dengan biaya hidup termahal di dunia tahun 2023 versi Economist Intelligence Unit (EIU).

Singapura memang sudah langganan di posisi teratas sebagai tempat tinggal termahal dalam sembilan dari 11 tahun terakhir.

Dikutip dari The Economist, harga bahan makanan, minuman beralkohol, dan pakaian yang dijual sangat tinggi. Bahkan, biaya untuk mendapatkan sertifikat kepemilikan mobil mencapai 106.000 Dollar Singapura atau setara dengan Rp 11,6 juta.

Baca juga: Singapura Masih Mendominasi Realisasi Investasi Asing di Batam

Sementara itu, Zurich melonjak lima tingkat jika dibandingkan kondisi tahun 2022 lalu. Kota terbesar di Swiss ini memang memiliki biaya hidup yang relatif tinggi.

Pada tahun 2020 lalu, Zurich ada di posisi puncak jarang keluar dari peringkat sepuluh besar dari daftar kota termahal di dunia.

Kenaikan kota Zurich ke puncak indeks terutama karena mata uang Franc Swiss telah terapresiasi lebih dari 10 persen terhadap dolar selama setahun terakhir.

Ilustrasi Zurich, Swiss, kota dengan biaya paling tinggi di dunia.Unsplash/Patrick Federi Ilustrasi Zurich, Swiss, kota dengan biaya paling tinggi di dunia.
Kota-kota di Eropa Barat, termasuk Kopenhagen, Dublin dan Wina, menempati sekitar setengah dari 20 tempat teratas.

Kenaikan harga barang menjadi salah satu alasan kota-kota tersebut naik peringkat. Alasan lainnya adalah Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga sebanyak enam kali pada tahun 2023.

Suku bunga dinaikkan untuk mengendalikan inflasi, yang menyebabkan euro terapresiasi sebesar 7 persen terhadap dolar.

Sementara itu, New York, yang dinobatkan sebagai kota termahal tahun lalu bersama Singapura, turun ke peringkat ketiga.

Beijing adalah salah satu dari empat kota di China yang masuk dalam sepuluh kota dengan penurunan peringkat terbesar.

Baca juga: Mengenal Lee Kwan Yew, Tanaman Hias yang Terinspirasi dari Mantan PM Singapura

Hal ini mencerminkan depresiasi renminbi dan lemahnya pemulihan China pasca terjadinya pandemi Covid-19.

Moskow dan Saint Petersburg, dua kota besar di Rusia mengalami penurunan yang cukup signifikan, masing-masing anjlok 105 peringkat ke peringkat 142 dan 74 peringkat ke peringkat 147.

Mata uang Rusia, Rubel melemah terhadap dolar karena sanksi Barat terhadap minyak Rusia dan tingginya belanja militer.

Dalam laporan tahun lalu, EIU telah memperkirakan bahwa harga energi dan masalah rantai pasokan akan mereda pada tahun 2023.

Tahun ini berakhir dengan catatan yang lebih pesimistis. Suku bunga sepertinya tidak akan segera turun sehingga akan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, harga energi bisa naik lagi jika perang Israel-Hamas menyebar ke seluruh Timur Tengah.

Belum lagi ada ancaman El Nino yang dimulai pada bulan Juni dan akan berlangsung hingga tahun 2025 sehingga dapat dikhawatirkan berimbas pada kenaikan harga bahan pangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com