Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendangkalan Pelabuhan di Bangka Kian Parah, HNSI: Pengerukan Tak Perlu Duit Negara

Kompas.com - 21/08/2023, 19:30 WIB
Heru Dahnur ,
Muhdany Yusuf Laksono

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Pendangkalan muara Aik Kantung di Sungailiat, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) semakin mengkhawatirkan.

Kapal nelayan yang berbobot di atas 5 gross tonage (GT) tak bisa lagi melintas dengan leluasa.

Selain pendangkalan juga terjadi penyempitan alur muara yang menjadi pintu masuk Pelabuhan Jelitik.

Seorang nelayan bernama Saipul (48) mengaku terkendala untuk melaut karena terlebih dahulu harus menunggu air laut pasang.

Dia yang menggunakan kapal 5 GT dengan mesin 100 PS harus menunggu empat sampai lima hari untuk melaut. Itu pun harus menunggu laut pasang dalam, agar kapalnya bisa bergerak dari lokasi tambat.

"Kalau perahu kecil atau speedboat dengan mesin tempel masih bisa lewat. Tapi kami 5 GT ke atas tak bisa lagi," kata Saipul di muara Aik Kantung, Senin (21/8/2023).

Baca juga: Sedimentasi Pasir Laut di Bangka Akan Segera Dilelang

Menurut Saipul, masa tunggu air pasang yang tidak menentu, menyebabkan aktivitas nelayan terganggu.

Padahal saat ini untuk mendapatkan hasil tangkapan seperti cumi dan ikan juga semakin sulit. Selain itu nelayan harus mengeluarkan biaya ekstra jika harus melaut terlalu jauh.

Sekali melaut dengan masa lima hari, Saipul harus merogoh modal hingga Rp 5 juta. Modal tersebut untuk bahan bakar, batu es hingga operasional awak kapal.

Sementara hasil tangkapan berkisar 100 kilogram yang terdiri dari cumi dan ikan. Bahkan untuk cumi saja, rata-rata nelayan hanya bisa membawa pulang 30 kilogram.

"Jarak tempuh kami sekitar 20 mil laut karena modal terbatas. Sementara kawasan itu cukup padat sehingga tangkapan kurang. Kalau sampai 50 mil, biaya harus lebih besar," ungkap ayah empat anak itu.

Saipul berharap, pemerintah segera melakukan pengerukan agar muara Aik Kantung bisa dilewati setiap saat.

Kondisi saat ini dengan masa tunggu yang tidak menentu membuat nelayan kehilangan penghasilan tetap. Imbasnya untuk biaya sehari-hari harus tambal sulam alias berhutang.

Pendangkalan muara Aik Kantung terjadi karena sedimentasi pasir laut yang terus bertambah.
Sedimentasi yang menyerupai gunungan itu kerap longsor sehingga alur muara semakin menyempit.

Kegiatan pengerukan yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir tidak berhasil karena bekas galian masih ditumpuk di kawasan muara.

Baca juga: 51 Kapal Bantuan Negara Dibagikan ke Nelayan Bangka, Risma: Jangan Dijual

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com