Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Indonesia Masuki Era Membangun Metropolitan

Kompas.com - 25/04/2023, 09:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JAWA BARAT menjadi provinsi terdepan dalam mengelola kawasan metropolitan secara fokus, dengan dibentuknya Badan Pengelola Kawasan Metropolitan Rebana dan Badan Pengelola Kawasan Cekungan Bandung.

Dua kelembagaan yang didasari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana, yang terdiri dari 7 kota/kabupaten yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Sumedang, dan 6 kabupaten di Jawa Barat Bagian Selatan.

Selain itu, ada juga beleid lain yakni Perpres Nomor 45 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.

Hal ini sejalan dengan urbanisasi yang menjadi menu utama pertumbuhan regional, kota-kota terbentuk semakin besar.

Kota berkembang mencari format primatnya, dan kini semakin terasa kota secara spasial, fungsional dan ekonomi saling tergantung.

Kota dan aglomerasi sekitarnya membentuk kawasan metropolitan yang semakin besar. Metropolitan kini tumbuh menjadi sebuah ekonomi, pasar tenaga kerja, dan sebagai sebuah komunitas.

Baca juga: PBB Ungkap Desain Pembangunan Kota Terapung Oceanix City

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mencatat, Indonesia memasuki era abad metropolitan, dan diperkirakan sebanyak 85 persen penduduk dunia akan hidup di perkotaan pada tahun 2100.

Montreal Declaration sebagai keputusan tematik Habitat 3 tentang metropolitan mencatat bahwa pertumbuhan perkotaan tercepat akan terjadi di negara-negara sub-Saharan Africa, Asia and Latin America.

Di Indonesia dalam kurun 30 tahun mendatang diperkirakan akan ada 70 juta masyarakat bertransformasi dari pedesaan menjadi urban. Bahkan akan tercipta 60 juta kelas menengah baru.

Angka ini sama dengan terciptanya dua negara Australia baru! Maka bagi saya, isu urbanisasilah yang harusnya jadi fokus kita bersama.

Pada saat yang bersamaan, hubungan atar kota-kota global dunia semakin relevan. Satu kota saling bergantung dalam menentukan arah pembangunan perkotaan ke depan dan mencari makna new normal pembangunan kota masa depan.

Beberapa pertanyaan harus dicari jawabannya, misalnya bagaimana tingkat peran dan relevansi konurbasi besar perkotaan pada ekonomi dunia?

Para perencana kota perlu mengetahui lebih jauh proses pembentukan mega cities, dan melihat politik regionalism dan bagaimana bentuk administratif metropolitan.

Masalah kita sekarang adalah bagaimana proses perencanaan daerah perkotaan. Apabila kita tengok kebijakan perkotaan kita, akan dihadapkan pada isu koordinatif yang sangat pelik.

Dibutuhkan pula beberapa penyempurnaan kebijakan yang fokus pada hal utama yaitu sistem perkotaan yang seimbang dan berkeadilan, kota layak huni dan inklusif.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com