Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Timah Diingatkan untuk Reklamasi, Ini Potensi yang Bisa Digarap

Kompas.com - 04/06/2022, 12:02 WIB
Heru Dahnur ,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Lahan-lahan bekas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung bakal terus dipulihkan melalui program reklamasi.

Masyarakat setempat dilibatkan demi menciptakan lingkungan hijau yang mampu menggerakkan roda perekonomian.

Ini merupakan salah satu program penting Ridwan adalah mengatasi penyelesaikan masalah kerusakan lingkungan, khususnya lubang-lubang bekas tambang.

"Secara keseluruhan yang kita diskusikan hari ini akan menjadi salah satu dari program besar. Saya ingin menghijaukan Babel," kata Penjabat Gubernur Bangka Belitung Ridwan Djamaludin saat rapat koordinasi, Kamis (2/6/2022).

Baca juga: Kabel Laut Sumatera-Bangka Terpanjang di Indonesia, Ini Manfaatnya

Menurut Ridwan, pihaknya sudah berbicara dengan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan untuk melakukan reklamasi pascatambang.

Merujuk pada regulasi, semua perusahaan itu diwajibkan memulihkan kembali kondisi ekologi.

Dia juga meminta seluruh pihak berbagi peran, mulai dari pemerintah, badan asosiasi, dan masyarakat.

"Insyaallah kalau kami, saya di dua tempat (sebagai Pj Gubernur Babel dan sebagai Dirjen Minerba Kementerian ESDM), akan berkomitmen penuh untuk melaksanakan program ini. Karena sudah saya katakan, kita tidak punya pilihan lain selain menghadirkan negara untuk memastikan bahwa kondisi lingkungan hidup di Babel ini membaik," terang dia.

Ridwan juga mengatakan, dari paparan pemetaan area yang dilakukan, nantinya Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Babel, serta Dinas ESDM Babel tinggal mencocokkan area mana yang akan diidentifikasi sebagai pilot project.

Dari peta, kemudian Pemprov Babel akan menyurati Bappenas, dan Kementerian LHK untuk menjadi satu dari 13 daerah pembibitan di Indonesia.

Purwadi selaku Sekjen APHI, dalam paparannya menjelaskan tantangan pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Babel, di antaranya areal terdegradasi eks tambang, permasalahan tenurial, dan sosial/tumpang tindih lahan HTI dengan sawit, dan pengelolaan areal tidak kompak.

"Untuk mengatasi ini, perlu sebuah terobosan atau win-win solution yang bisa diciptakan antara pemegang izin perusahaan, bagaimana pemerintah memfasilitasi menjadi katalisator mempercepat solusi," jelasnya.

Ia juga menjelaskan, terdapat beberapa potensi pengembangan multi usaha kehutanan di Babel, diantaranya pengembangan HTI jenis Akasia untuk industri serpih/pulp, dan jenis Cemara Laut Akasia, dan Gamal untuk feed stock.

Kemudian ada co-firing dari PLTU PLN Air Anyir (kerja sama PT Inhutani V dan PLN).

Selain itu, ada juga agroforestry, yang merupakan program tumpang sari tanaman sengon/karet dengan singkong pembangunan industri pengelolaan tepung tapioka/mokaf skala menengah, dan tanaman buah-buahan (jengkol, lada, alpukat), yang dilakukan kemitraan dengan masyarakat.

Juga ada empat potensi lainnya seperti agrosilvofishery, hasil hutan bukan kayu tanaman kayu putih, ekowisata taman wisata bunga, dan penyelesaian tanaman sawit yang terbangun di area HTI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com