Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Smelter dan Tambak Diprediksi Tumbuh, Kabel Laut Sumatera-Bangka Dinantikan

Kompas.com - 08/01/2022, 14:00 WIB
Heru Dahnur ,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Industri tambak udang dan smelter timah di Kepulauan Bangka Belitung diprediksi bakal terus tumbuh selama 2022.

Pertumbuhan tersebut berimplikasi pada tingginya permintaan energi listrik PLN.

General Manager PLN UIW Kepulauan Bangka Belitung Amris Adnan berharap agar sistem kabel bawah laut Sumatera-Bangka segera terhubung.

Hal ini akan menambah angka surplus energi dan optimalisasi keandalan pasokan.

"Saat ini kabel bawah laut masih proses pengerjaan. Tentu saja kami berharap bisa segera rampung untuk ketersediaan daya dan keandalan pasokan," kata Amris seusai kunjungan ke kawasan industri Ketapang, Pangkalpinang, Kamis (6/1/2022).

Baca juga: Kondisi Desa Wisata di Langkat: Infrastruktur Tak Memadai, Listrik pun Sering Padam

Saat ini, PLN masih mengandalkan pembangkit pembantu yang didatangkan dari Kepulauan Riau. Kemudian juga ada sistem pembangkit PLTU yang sudah beroperasi cukup lama.

"Kalau jaringan Sumatera sudah masuk, maka PLTD yang tadinya utama akan dijadikan sebagai cadangan saja. Ini sesuai konsep green energy PLN," ujar Amris.

Menurut dia, potensi pertumbuhan industri di Bangka Belitung bisa dilihat dari permintaan tambah daya dan penyambungan baru.

Pada pekan pertama Januari 2022, PLN mencatat sebanyak lima industri meminta tambah daya dan penyambungan baru.

Industri yang bergerak pada usaha tambak udang dan smelter timah itu harus dipasok dengan total daya 5,8 MVA.

Penggunaan listrik pada smelter juga tak bisa dilepaskan dari modernisasi tanur peleburan yang dulunya menggunakan batubara, kini beralih ke listrik.

Saat ini total daya mampu pembangkit di Bangka mencapai 187,7 megawatt (MW), dengan beban puncak 174,9 MW.

Pulau Bangka akan mendapat tambahan pasokan listrik sekitar 109 MVA dari kabel listrik bawah laut sepanjang 36 kilometer sirkuit (kms) tersebut.

Beberapa waktu sebelumnya, Direktur Mega Proyek dan EBT Wiluyo Kusdwiharto menyebutkan, dengan terhubungnya dua sistem kelistrikan tersebut akan menghemat biaya operasi.

Tak tanggung-tanggung, penghematan bisa mencapai Rp 1,4 triliun serta menghentikan pengoperasian sebanyak 5 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 65 megawatt (MW).

Dengan begitu, dapat bermanfaat terhadap peningkatkan efisiensi penggunaan BBM sebesar 186 juta liter dan menekan emisi sebesar lebih dari 221.000 ton CO2 pertahun nya.

Namun demikian, yang terpenting adalah pasokan listrik di Bangka bakal semakin andal.

"Untuk menghubungkan dua sistem kelistrikan ini, investasinya sekitar Rp 1,9 triliun," ungkap Wiluyo.

Adapun pertumbuhan listrik di Bangka Belitung hingga Agustus 2021 tertinggi se-Indonesia, yaitu sebesar 11,32 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com