JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunggah video salah satu usulan desain istana negara karya pematung I Nyoman Nuarta.
Presiden menyebut desain istana negara yang akan dibangun di Ibu Kota Negara (IKN) baru, Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur, ini masih merupakan pra-desain.
Oleh karena itu, dibutuhkan masukan dari masyarakat untuk menyempurnakan pra-desain istana negara ini agar menjadi kebanggaan sekaligus mencerminkan kemajuan bangsa.
Berdasarkan masukan dari masyarakat, nantinya Presiden Jokowi akan mengundang kembali para arsitek dan para ahli lainnya.
Hal ini bertujuan untuk memperkaya pra-desain menjadi dasar desain istana negara di IKN baru.
Baca juga: Kepak Sayap Garuda di Antara Permintaan Jokowi dan Sengkarut Sayembara
Menanggapi permintaan Presiden Jokowi, pendiri firma arsitektur profesional Urban+ Sibarani Sofian mengatakan, langkah tersebut patut diapresiasi.
"Pak Jokowi mau menerima masukan yang sudah disampaikan dengan sangat baik oleh para arsitek dan asosiasi profesional," ujar Sibarani kepada Kompas.com, Minggu (04/04/2021).
Masukan-masukan tersebut berasal dari lima asosiasi sekaligus yakni Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP) yang telah disampaikan secara terbuka kepada publik pada Minggu (28/03/2021).
Menurut Sibarani, lima asosiasi tersebut telah memberikan masukan sesuai kompetensinya yang sangat diperlukan oleh Presiden sebelum memutuskan rancangan mana yang akan dipilih dan kemudian dieksekusi.
Sibarani yang juga pemerhati urban ini mengingatkan pidato Presiden Jokowi mengenai IKN pada ajang Sustainable Week di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 10 Januari 2020.
Ada beberapa kutipan yang bagus untuk diingat dan dipahami kembali yakni "renewable energy, zero emission city", atau konsep energi hijau yang baru dan terbarukan.
Kutipan lainnya yang patut mendapat concern adalah bahwa pembangunan IKN baru, akan menekankan pada pentingnya mengatasi masalah sosial seperti gaya hidup boros, dengan membangun kota baru yang atraktif dan ramah bagi semua kalangan.
Baca juga: Lima Asosiasi Kritik Istana Negara Burung Garuda, Tidak Mencerminkan Kemajuan Peradaban
Konsep ini juga ditujukan untuk mengadopsi gaya hidup yang efisien dan rendah karbon dengan berorientasi pada transportasi publik, kota ramah pejalan kaki, dan dekat dengan alam.
Saat bersamaan, Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) pun menyampaikan pesan serupa dan salah satunya adalah Key Performance Indicator (KPI) atas Low Emission Building dan Green Replacement 100 persen untuk bangunan.