Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Filosofis di Balik Desain Istana Negara Berbentuk Burung Garuda

Kompas.com - 31/03/2021, 14:33 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah asosiasi profesional membuat pernyataan sikap dan mengkritik rencana, rancangan, dan gambar ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur.

Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah rancangan bangunan istana negara yang berbentuk burung Garuda.

Ketua Ikatan Arsaitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha mengatakan, bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda atau burung yang menyerupai garuda merupakan simbol yang di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.

"Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, era bangunan emisi rendah dan pasca-Covid-19 (new normal)," kata Rana dalam pernyataan sikap yang diterima Kompas.com, Minggu (28/3/2021).

Baca juga: Nyoman Nuarta Buka Suara, Ini Kronologi Rancangan Istana Negara Burung Garuda

Menanggapi hal itu, Nyoman Nuarta yang karyanya menuai pendapat pro dan kontra, menjelaskan alasan dirinya merancang istana negara berbentuk burung Garuda.

Menurutnya, patung Garuda diambil sebagai bentuk rancangan istana negara tidak berhenti hanya sebagai landmark sebuah kawasan, melainkan lebih pada perwujudan pencapaian sinergi antara seni, sains, dan teknologi.

"Sebagai negara dengan keragaman kebudayaan yang kaya, Indonesia harus lahir menjadi satu-satunya negara di dunia yang berhasil memadukan secara pekat antara seni, sains, dan teknologi," jelas Nyoman kepada Kompas.com, Rabu (31/03/2021).

Nyoman mencontohkan, patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang menjadi magnet baru bagi pergerakan kebudayaan dunia dengan sepandai-pandainya menggunakan industri pariwisata, dan bertransformasi menjadi industri jasa penghasil devisa terbesar di dunia.

Baca juga: Polemik Istana Negara Ibu Kota Baru, Dirancang Pematung dan Potensi Pemborosan Dana

“Dalam tubuh patung Garuda, presiden akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden,” jelas Nyoman.

Nyoman menegaskan, wujud burung Garuda, bukan sekadar metafor patung yang besar, tetapi menjadi karya arsitektural yang memadukan seni dan struktur bangunan gedung.

“Inilah perpaduan antara unsur-unsur estetika dan desain,” ujar seniman kelahiran Tabanan, Bali ini.

Sementara itu, pada bagian-bagian lain dari istana negara akan diisi dengan museum dan galeri.

Museum dan galeri adalah dua hal yang amat penting dalam menciptakan citra keteduhan sebagai sebuah istana negara.

"Bahkan dirancang pula pameran-pameran untuk memperlihatkan karya-karya dari usaha mikro kecil menengah (UMKM). Ini kan jadi kebanggaan negara kita,” sambung Nyoman.

Baca juga: Lima Asosiasi Kritik Istana Negara Burung Garuda, Tidak Mencerminkan Kemajuan Peradaban

Menurut Nyoman, sosok burung Garuda yang menjadi inti dari arsitektur istana negara akan mengikuti pola-pola sebagaimana telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers) pada masa lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com