Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Istana Negara Ibu Kota Baru, Dirancang Pematung dan Potensi Pemborosan Dana

Kompas.com - 29/03/2021, 07:00 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah siap membangun kantor kepresidenan RI atau istana negara di ibu kota negara (IKN) baru, Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, lokasi istana negara yang akan menjadi titik nol ini bahkan telah ditentukan.

Menurut Suharso, peletakan batu pertama atau ground breaking istana negara di ibu kota baru akan dimulai pada tahun 2021.

"Kalau semua rancangan yang di master plan yang disusun dan detail plan yang sudah disiapkan kita optimistis, mudah-mudahan istana presiden bisa groundbreaking pada tahun ini," kata Suharso dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (17/3/2021).

Namun demikian, pembangunan istana negara ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama asosiasi profesional.

Baca juga: Lima Asosiasi Kritisi Istana Negara Burung Garuda, Tidak Mencerminkan Kemajuan Peradaban

Bahkan, lima asosiasi profesional, yakni Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP), menyatakan sikap dan mengkritik salah satu rancangan istana negara yang berbentuk burung garuda.

Menurut Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha, bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda atau burung yang menyerupai garuda merupakan simbol yang di bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.

"Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, dan era bangunan emisi rendah dan pasca-Covid-19 (new normal)," kata Rana dalam pernyataan sikap yang diterima Kompas.com, Minggu (28/3/2021).

Rana berpandangan, gedung istana negara seharusnya merefleksikan kemajuan peradaban, baik budaya, ekonomi, maupun komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan negara Indonesia dalam partisipasinya di dunia global.

"Bangunan gedung istana negara seharusnya menjadi contoh bangunan yang secara teknis sudah mencirikan prinsip pembangunan rendah karbon dan cerdas sejak perancangan, konstruksi, hingga pemeliharaan gedungnya," tutur Rana.

Baca juga: Bappenas Sebut Investor Jepang Mau Membiayai Pembangunan IKN Baru

Sikap serupa dinyatakan Anggota Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) Prasetyoadi.

Menurut Tiyok, sapaan akrabnya, desain istana negara berbentuk burung garuda tidak fungsional.

Untuk diketahui, rendering desain istana negara berbentuk burung garuda yang beredar luas di media sosial merupakan hasil karya salah satu peserta sayembara bangunan gedung IKN, yakni Nyoman Nuarta.

Di antara para peserta yang ikut sayembara tersebut, terdapat nama-nama beken, seperti Sibarani Sofian, Yori Antar, Gregorius Supie Yolodi, dan pematung Nyoman Nuarta.

Di luar ketiga nama pertama, Tiyok mempertanyakan kapasitas Nyoman Nuarta yang merupakan pematung dan bukan arsitek profesional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com