Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taiwan Sigap Hadapi Gempa, Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik Indonesia?

Kompas.com - 05/04/2024, 09:18 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

TAIPEI, KOMPAS.com - Gempa bukanlah hal yang asing bagi Taiwan mengingat letaknya yang di dekat pertemuan dua lempeng tektonik.

Taiwan pun banyak dipuji karena mampu memitigasi bencana alam tersebut. 

Indra Putra Taufani (41) yang tengah menekuni studi S3 di Hualien dan bekerja paruh waktu di laboratorium Hualien Tzu Chi Hospital baru saja hendak menaiki lift menuju tempat kerjanya di lantai sembilan saat gempa mulai mengguncang pada Rabu (3/4/2024).

Baca juga: Gempa Taiwan Berpotensi Ganggu Rantai Pasokan Chip Internasional

Pria asal Yogyakarta itu sudah tinggal di Taiwan sejak 2018. Jadi, baginya gempa adalah hal biasa.

“Patokan saya adalah orang Taiwan. Kalau mereka lari, saya ikut lari,” ujar Indra kepada wartawan Amahl Azwar yang melaporkan untuk BBC News Indonesia via sambungan telepon, Kamis (4/4/2024).

Begitu Indra melihat orang-orang Taiwan mulai berebut lari keluar rumah sakit, dia pun ikut kabur.

Di luar gedung, Indra melihat banyak fasilitas yang rusak seperti hidran air yang bocor.

Walau tetap waspada karena sempat ada tremor susulan, Indra memuji mitigasi bencana di Taiwan.

Dari beberapa gempa besar yang dialami di negara itu, tampak prosedur standar penanganan gempa dilakukan dengan baik di fasilitas umum, seperti sekolah, rumah sakit, dan perkantoran.

“Orang-orang dan anak-anak tidak panik dan segera berkumpul di titik kumpul sampai dinyatakan aman,” ujar Indra yang sebelumnya tinggal di Taichung sebelum pindah ke Hualien tiga tahun silam.

Baca juga: Korban Gempa Taiwan Capai 1.050 Orang, 52 Lainnya Masih Hilang

“Sistem peringatan dini juga sangat bagus. Bahkan saya pernah mendapatkan peringatan dini beberapa detik sebelum gempa besar terjadi. Artinya sistem bekerja cukup cepat,” ungkap Indra.

Indra juga memuji penanggulangan gempa dari otoritas Taiwan. Dia bercerita betapa helikopter-helikopter dari regu penyelamat langsung terbang mengevaluasi keadaan pascagempa.

Felix (25), seorang WNI yang bekerja sebagai staf teknis di Kota Taoyuan –sekitar 3,5 jam berkendara dari Hualien– juga kaget dengan gempa tersebut meski posisinya jauh.

“Ini gempa terdahsyat selama lima tahun berada di Taiwan,” ujarnya.


Felix, WNI yang tinggal di Taoyuan, menerima notifikasi sistem peringatan dini tsunami di ponselnya pada Rabu (03/04)Dok. FELIX via BBC News Indonesia Felix, WNI yang tinggal di Taoyuan, menerima notifikasi sistem peringatan dini tsunami di ponselnya pada Rabu (03/04)

Felix mengaku sedang rehat di asramanya karena Rabu adalah jadwal liburnya. Dia mengaku mendapat notifikasi peringatan bahwa gempa berpotensi menimbulkan tsunami dan warga diimbau mengungsi ke shelter atau bunker terdekat

“Beberapa barang saya ikut berjatuhan ke lantai karena guncangan gempa,” ujar Felix.

“Jadi waswas juga karena diinfokan bakal ada gempa susulan untuk tiga sampai empat hari ke depan," tambahnya.

Meski begitu, senada dengan Indra, Felix memuji sistem penanganan gempa di Taiwan. Menurutnya, otoritas di Taiwan memberikan subsidi bagi warga yang mau memeriksa ulang ketahanan bangunan dari guncangan gempa.

Baca juga: Gempa Dahsyat Taiwan: 9 Orang Tewas, 900 Terluka, 50 Pekerja Masih Hilang

Selain itu, sistem peringatan dini di Taiwan dihubungkan penyedia layanan telekomunikasi ke telepon genggam warga.

“Kayaknya Indonesia harus benar-benar mencontoh (Taiwan),” ujarnya.

Gempa yang melanda pantai timur Taiwan pada Rabu (3/4/2024) pada pukul 07.58 waktu setempat dengan kekuatan magnitudo 7,4 adalah yang paling kuat dalam seperempat abad terakhir.

Setidaknya sembilan orang dinyatakan tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Meski sejumlah gedung di Hualien rusak, tetapi dampaknya di ibu kota Taipei cenderung minim.

Banyak pakar memuji kesiapsiagaan gempa yang luar biasa di Taiwan mengingat dampak bencana tersebut terhadap 23 juta penduduk pulau ini relatif bisa ditekan.

“Kesiapan gempa Taiwan adalah salah satu yang paling maju di dunia,” ujar Stephen Gao, pakar seismologi yang juga profesor di Missouri University of Science and Technology.

Sebagai perbandingan, di Indonesia, gempa seperti yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat pada November 2022 dengan potensi magnitudo 6,7 menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.

Apa yang bisa Indonesia –negara yang juga rawan gempa– pelajari dari Taiwan?

Baca juga: Gempa Dahsyat Taiwan, 7 Orang Tewas, Lebih dari 700 Terluka, 77 Terjebak di Reruntuhan

Mengapa Taiwan rawan gempa?

Taiwan terletak di sepanjang "Cincin Api" Pasifik, yakni barisan patahan seismik yang mengelilingi Samudra Pasifik, tempat terjadinya sebagian besar gempa bumi dunia.

Wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi karena tekanan yang terakumulasi dari interaksi dua lempeng tektonik: Lempeng Laut Filipina dan Lempeng Eurasia, seperti dilansir kantor berita Associated Press.

Pergerakan kedua lempeng ini dapat menyebabkan pelepasan energi secara tiba-tiba dalam bentuk gempa bumi.

Sebagian besar daratan Taiwan yang rentan akan gempa juga terpusat di sepanjang pesisir timur –sebagian besar terdiri dari pedesaan yang penduduknya jarang. Di sisi lain, wilayah ini juga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dengan pegunungan yang terjal dan resor pemandian air panas.

Bentang alam pegunungan di Taiwan dapat memperbesar guncangan tanah sehingga menyebabkan longsor.

Beberapa longsor seperti itu terjadi di dekat episentrum gempa bumi, tidak jauh dari Hualien, pada Rabu (3/4/2024).

Halaman:
Baca tentang

Terkini Lainnya

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com