Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis di Laut Merah Kini Ganggu Sektor Kimia Jerman

Kompas.com - 22/01/2024, 15:49 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

BERLIN, KOMPAS.com - Serangan Houthi Yaman terhadap kapan-kapal komersial di Laut Merah kini mulai merembet ke berbagai sektor.

Salah satunya mengganggu sektor bahan kimia Jerman akibat tertundanya pengiriman yang melalui Laut Merah.

Akibat pasokan terganggu, maka beberapa perusahaan mulai membatasi produksinya, terlebih yang menggunakan bahan kimia.

Baca juga: Ahli: Perang di Gaza Setara Pemboman Sekutu terhadap Jerman pada Perang Dunia II

Sebagaimana diberitakan Reuters pada Senin (22/1/2024), impor penting dari Asia ke Eropa mulai dari suku cadang mobil dan peralatan teknik hingga bahan kimia serta mainan saat ini membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai.

Sebab, pengirim kontainer telah mengalihkan kapal di sekitar Afrika dan menjauh dari Laut Merah dan Terusan Suez, menyusul serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi Yaman.

Meskipun industri Jerman sudah terbiasa menghadapi gangguan pasokan setelah pandemi dan perang Ukraina, dampak berkurangnya lalu lintas melalui arteri perdagangan mulai terlihat, dengan Tesla, pabrik open tab baru di Berlin yang menjadi korban paling menonjol sejauh ini.

Sektor bahan kimia Jerman, yang merupakan industri terbesar ketiga setelah mobil dan teknik dengan penjualan tahunan sekitar $282 miliar, bergantung pada Asia untuk sekitar sepertiga impornya dari luar Eropa.

"Departemen pengadaan saya saat ini bekerja tiga kali lebih keras untuk mendapatkan sesuatu," kata Martina Nighswonger, CEO dan pemilik Gechem GmbH & Co KG.

Baca juga: Rusia Tahan Pria Ingin Bakar Fasilitas Militer, Diduga Ada Kaitan Ukraina

Akibat penundaan tersebut, Gechem, yang menghasilkan penjualan tahunan sebesar dua digit jutaan euro, telah menurunkan produksi mesin pencuci piring dan tablet toilet karena tidak dapat memperoleh cukup trinatrium sitrat serta asam sulfamat dan asam sitrat.

"Oleh karena itu, perusahaan sedang meninjau sistem tiga shiftnya," ujar Nighswonger.

Ia juga mengatakan bahwa dampak buruk dari keterbatasan transportasi dapat menjadi masalah setidaknya pada paruh pertama tahun 2024.

"Hal ini menyebabkan adanya diskusi terbuka dengan pelanggan kami," tambah Nighswonger.

"Jika kita mendapatkan tiga muatan truk, bukan enam, setiap pelanggan hanya mendapat sebagian dari jumlah pesanan mereka, tapi setidaknya semua orang mendapat sesuatu," terangnya.

Pembuat bahan kimia khusus yang lebih besar, Evonik (EVKn.DE), juga menyatakan pihaknya terkena dampak perubahan rute di Laut Merah.

Saat ini, beberapa kapal telah mengubah arah sebanyak tiga kali dalam beberapa hari.

Perusahaan tersebut mengatakan pihaknya mencoba memitigasi dampak tersebut dengan memesan lebih awal dan beralih ke angkutan udara.

Baca juga: AS Hancurkan Senjata Kimia, Tak Ada Lagi Sisa Stok di Dunia

Dengan angkutan udara itu dianggap sebagai pengganti sementara karena beberapa bahan kimia tidak diperbolehkan untuk diangkut dengan pesawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com