Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Muncul di Jepang Usai Letusan Gunung Berapi

Kompas.com - 24/12/2023, 23:58 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

OGASAWARA, KOMPAS.com - Serangkaian letusan gunung berapi yang dramatis baru-baru ini melahirkan sebuah pulau baru di lepas pantai Jepang. Kehadiran pulau baru itu menjelaskan banyak hal tentang Jepang dan pandangan dunia yang menganggapnya unik.

Pada akhir Oktober, gumpalan asap putih dan abu mulai keluar dari laut, ketika gunung berapi bawah laut menderu-deru di dekat kepulauan Ogasawara, Jepang, di Samudra Pasifik bagian barat.

Pada November, letusan semakin dahsyat dan sering terjadi sehingga menyebabkan munculnya daratan baru berdiameter 100 meter di lepas pantai selatan Pulau Iwoto (sebelumnya disebut Iwo Jima).

Baca juga: Tantangan di Natuna Utara: Potensi Konflik Reklamasi Pulau Vietnam

Meskipun peristiwa dramatis ini menjadi berita utama internasional, tetapi sebagian besar peristiwa tersebut luput dari perhatian orang-orang di Jepang, negara yang paling aktif secara seismik di Bumi karena berada di jalur Cincin Api.

Jepang adalah rumah bagi sekitar 10 persen gunung berapi aktif di dunia dan diperkirakan pernah mengalami 1.500 gempa bumi setiap tahunnya.

Dalam banyak hal, Jepang adalah laboratorium geologi yang bergemuruh dan hancur, yang dibentuk oleh kekuatan besar. Dan selama berabad-abad, kekuatan yang sama yang membentuk Jepang secara fisik juga membentuk keunikannya di dunia.

Jepang adalah negara kepulauan. Meskipun terdiri dari empat pulau utama yang dihubungkan oleh jembatan dan kereta cepat, seluruh kepulauan Jepang memiliki lebih dari 14.000 pulau – termasuk 7.000 pulau yang ditemukan awal tahun ini.

Gunung berapi bawah laut sering kali memunculkan daratan baru. Terkadang pulau-pulau baru ini terkikis dan hilang ditelan ombak.

Di lain waktu mereka menyatu dengan pulau-pulau yang ada sehingga menyerupai bentuk-bentuk lucu. Dan terkadang, gunung berapi yang aktif ini terus memuntahkan abu dan batu setinggi 200 meter ke langit satu dekade setelah terbentuk--seperti yang terjadi beberapa pekan lalu.

Tentu saja, Jepang tidak selamanya menjadi tempat yang mudah untuk ditinggali.

Jepang adalah salah satu negara yang berada di jalur Cincin Api dan itu membuatnya rentan terhadap bencana.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Jepang adalah salah satu negara yang berada di jalur Cincin Api dan itu membuatnya rentan terhadap bencana.
Satu abad yang lalu, lebih dari 100.000 orang tewas dan hampir separuh Tokyo hancur pada suatu sore, saat Gempa Besar Kanto tahun 1923.

Sejak itu, meskipun Jepang merintis beberapa bangunan paling tahan bencana di dunia, banjir bandang, angin topan, tsunami, topan, badai salju, gempa bumi, tanah longsor dan gunung berapi telah menewaskan lebih dari 55.000 orang di negara ini.

Meskipun--atau mungkin karena--sejarah mereka hidup di atas garis patahan yang sangat aktif, masyarakat Jepang cenderung memiliki rasa ketahanan yang kuat, rasa hormat yang mendalam terhadap alam, dan keyakinan akan kekuatan ketidakkekalan.

Ada ungkapan umum di Jepang: "shou ga nai", yang paling tepat diterjemahkan sebagai "mau bagaimana lagi".

Anda mungkin mendengar seseorang mengatakan hal ini ketika mereka terjebak dalam hujan badai tanpa payung, ketika hujan es di jalan, atau ketika getaran kecil menunda kereta mereka.

Halaman:

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com