Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Warna Gaza Sekarang Berbeda jika Dilihat dari Antariksa"

Kompas.com - 22/12/2023, 21:54 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Penulis: VOA Indonesia

JALUR GAZA, KOMPAS.com - Para ahli mengungkapkan, serangan Israel di Gaza kini termasuk di antara operasi militer yang paling menghancurkan dan paling banyak menewaskan korban dalam sejarah.

Hanya dalam dua bulan, ofensif itu menimbulkan lebih banyak kerusakan dibandingkan dengan penghancuran Aleppo di Suriah antara 2012 dan 2016, Mariupol di Ukraina, atau secara proporsional, pengeboman Jerman oleh Sekutu dalam Perang Dunia 2.

Ofensif ini juga telah menewaskan lebih banyak warga sipil daripada yang ditimbulkan oleh koalisi pimpinan AS dalam kampanye tiga tahunnya melawan ISIS.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas di Gaza Tembus 20.057 Orang

Militer Israel tidak berbicara banyak mengenai jenis bom dan artileri yang digunakannya di Gaza.

Tetapi dari pecahan ledakan yang ditemukan di lokasi dan analisis terhadap rekaman serangan, para pakar yakin bahwa sebagian besar dari bom yang dijatuhkan di wilayah kantong yang terkepung itu adalah buatan AS.

Mereka mengatakan senjata itu mencakup “penghancur bunker” seberat 900 kilogram yang telah menewaskan ratusan orang di daerah-daerah yang padat penduduknya.

Dengan warga Palestina yang tewas di Gaza mendekati 20 ribu orang, masyarakat internasional menyerukan gencatan senjata.

Israel bertekad untuk terus maju, dengan mengatakan keinginannya untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas setelah serangannya pada 7 Oktober lalu di Israel Selatan yang menewaskan 1.200 orang. Hamas juga menyandera 240 orang lainnya.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden diam-diam terus memasok senjata ke Israel.

Namun pekan lalu, Biden secara terbuka mengakui bahwa Israel telah kehilangan legitimasi internasional atas apa yang ia sebut sebagai “pengeboman tanpa pandang bulu”.

Baca juga: Hasil Investigas: Israel Rutin Pakai Bom 1 Ton di Gaza Selatan, Ditemukan 208 Kawah

Kehancuran di Gaza

Ofensif Israel telah menghancurkan dua per tiga bangunan di Gaza Utara dan seperempat bangunan di Khan Younis, Gaza Selatan, berdasarkan analisis dari data satelit Copernicus Sentinel-1 oleh Corey Scher dari CUNY Graduate Center dan Jamon Van Den Hoek dari Oregon State University, para pakar yang memetakan kerusakan selama perang.

Persentase bangunan yang rusak di daerah Khan Younis bertambah hampir dua kali lipat hanya dalam dua pekan pertama ofensif Israel di bagian selatan, kata mereka.

Itu mencakup puluhan ribu rumah serta sekolah, rumah sakit, masjid dan toko.

Para pemantau PBB mengatakan bahwa sekitar 70 persen bangunan sekolah di Gaza telah rusak.

Sedikitnya 56 sekolah yang rusak dijadikan tempat berlindung bagi warga sipil yang mengungsi. Serangan Israel merusak 110 masjid dan tiga gereja, kata pemantau itu.

Israel menganggap Hamas bertanggung jawab atas kematian warga sipil dengan menempatkan militan ke dalam infrastruktur sipil.

Baca juga: Ahli: Perang di Gaza Setara Pemboman Sekutu terhadap Jerman pada Perang Dunia II

Tempat-tempat itu juga menampung banyak warga Palestina yang melarikan diri atas perintah evakuasi Israel.

“Warna Gaza sekarang berbeda jika dilihat dari antariksa. Teksturnya juga berbeda,” kata Scher, yang bekerja sama dengan Van Den Hoek memetakan kehancuran di beberapa zona perang, dari Aleppo hingga Mariupol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Global
Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Global
Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Global
Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com