Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uskup Padang Hadiri Pertemuan IRRIKA di KBRI Vatikan

Kompas.com - 20/11/2023, 08:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

ROMA, KOMPAS.com - Uskup Keuskupan Padang Mgr Vitus Rubianto Solichin, SX, menghadiri pertemuan perkenalan Duta Besar LBBP Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono dengan para rohaniwan-rohaniwati yang berada di Roma. Pertemuan diselenggarakan di KBRI Takhta Suci Vatikan di Roma.

Tak kurang dari 150 rohaniwan-rohaniwati tergabung dalam Ikatan Rohaniwan Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi Roma (IRRIKA). Saat ini tercatat ada 1.568 rohawan-rohaniwati Indonesia di Italia yang ada di berbagai kota.

Salah satu tanggung jawab KBRI Takhta Suci Vatikan adalah mengurusi mereka. Mereka ada yang sedang tugas belajar, ada yang berkarya (di bidang pendidikan, kesehatan, mengurusi panti jompo dan juga anak-anak yatim piatu), dan ada yang berkarya di Vatikan serta menjabat sebagai pimpinan ordo, konggregasi atau tarekat.

Baca juga: Arsip Vatikan Tunjukkan Paus Pius XII Mungkin Ketahui Holocaust sejak Awal

Hadir pula dalam pertemuan itu Kuasa Usaha ad Interim (KUAI) KBRI Roma, Lefianna H Ferdinandus dan beberapa stafnya, serta para anggota Dharma Wanita baik KBRI Takhta Suci maupun Roma.

Menghadirkan Indonesia

Dalam pesannya, Uskup Vitus mengingatkan agar para rohaniwan-rohaniwati baik yang berkarya maupun belajar, benar-benar menghadirkan Indonesia, wajah Indonesia yang majemuk, yang cinta damai, dan yang toleran.

Dengan kata lain, para anggota IRRIKA harus benar-benar "100 persen Katolik, 100 persen Indonesia", mengutip semboyan yang disampaikan Uskup Agung Semarang Mgr Albertus Soegijapranata (1896-1963).

Soegijapranata, bagi umat Katolik Indonesia, adalah tokoh yang sangat istimewa. Ia adalah Uskup Agung pribumi pertama di Indonesia (1940). Di bawah kepemimpinannya seluruh umat Katolik di Jawa menjadi pendukung dan pejuang Republik Indonesia yang masih belia.

Hal yang sama juga ditekankan oleh sesepuh IRRIKA, Romo Agustinus Purnama Sastrawijaya MSF yang sekarang menjabat sebagai Superior Jenderal MSF (Pemimpin Umum Kongregasi MSF). Ia mengatakan bahwa ke-Indonesiaan kita harus selalu melekat dalam diri kita dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari, di manapun kita berada.

Romo Purnama Sastrawijaya MSF (kedua dari kiri) saat Pertemuan IRRIKA di KBRI Vatikan, Minggu (19/11/2023).KBRI VATIKAN Romo Purnama Sastrawijaya MSF (kedua dari kiri) saat Pertemuan IRRIKA di KBRI Vatikan, Minggu (19/11/2023).
Dalam bahasa yang lain, Dubes Takhta Suci, mengatakan walau di negeri orang, kita harus tetap menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yakni yang jiwa raganya selalu mengedapankan kesetiakawanan dan solidaritas sosial yang tinggi tanpa harus mematikan hak-hak individu sesuai semangat demokrasi.

"Kita adalah satu keluarga. Keluarga Indonesia. Karena itu, jadikanlah KBRI ini sebagai rumah kita bersama. Rumah Indonesia yang kita banggakan," katanya.

Apalagi, katanya, dalam Statuta IRRIKA secara jelas dinyatakan, bahwa paguyuban ini dibentuk sebagai wadah persaudaraan berdasarkan iman Katolik dan cinta Tanah Air.

Paguyuban IRRIKA dibentuk pada 13 Februari 1955, yang semula bernama IRIKA (Ikatan Romo-Romo Indonesia di Kota Abadi - Roma). Ketua pertama IRIKA adalah (yang kemudian menjadi Kardinal pertama Indonesia) Romo Yustinus Darmojuwono Pr.

Karena anggotanya semakin banyak dan bukan hanya para romo saja, tapi juga suster, frater, dan bruder, serta tersebar di berbagai kota di Italia, maka pada tahun 1986 namanya diubah menjadi IRRIKA.

Baca juga: Paus Fransiskus: Vatikan Terlibat Misi Perdamaian untuk Ukraina

Indonesia-Vatikan

Takhta Suci Vatikan adalah negara pertama di Eropa yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan tersebut ditandai dengan pembukaan misi diplomatik Vatikan di Jakarta pada tingkat Apostolic Delegate (Delegasi Apostolik) 5 Juli 1947, dan menunjuk Mgr. George de Jonghe D’ardoye, delagatus apostolic pertama Vatikan untuk Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta.

Pada 16 Maret 1950, Vatikan meresmikan Internunsiatur Apostolik. Hubungan resmi kedua negara terjalin sejak 25 Mei 1950. Status Internunsiatur Apostolic menjadi Nunsiatur Apostolik--yakni misi diplomatik tingkat tertinggi Takhta Suci--pada 7 Desember 1966.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com