Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Uskup Padang Hadiri Pertemuan IRRIKA di KBRI Vatikan

Tak kurang dari 150 rohaniwan-rohaniwati tergabung dalam Ikatan Rohaniwan Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi Roma (IRRIKA). Saat ini tercatat ada 1.568 rohawan-rohaniwati Indonesia di Italia yang ada di berbagai kota.

Salah satu tanggung jawab KBRI Takhta Suci Vatikan adalah mengurusi mereka. Mereka ada yang sedang tugas belajar, ada yang berkarya (di bidang pendidikan, kesehatan, mengurusi panti jompo dan juga anak-anak yatim piatu), dan ada yang berkarya di Vatikan serta menjabat sebagai pimpinan ordo, konggregasi atau tarekat.

Hadir pula dalam pertemuan itu Kuasa Usaha ad Interim (KUAI) KBRI Roma, Lefianna H Ferdinandus dan beberapa stafnya, serta para anggota Dharma Wanita baik KBRI Takhta Suci maupun Roma.

Menghadirkan Indonesia

Dalam pesannya, Uskup Vitus mengingatkan agar para rohaniwan-rohaniwati baik yang berkarya maupun belajar, benar-benar menghadirkan Indonesia, wajah Indonesia yang majemuk, yang cinta damai, dan yang toleran.

Dengan kata lain, para anggota IRRIKA harus benar-benar "100 persen Katolik, 100 persen Indonesia", mengutip semboyan yang disampaikan Uskup Agung Semarang Mgr Albertus Soegijapranata (1896-1963).

Soegijapranata, bagi umat Katolik Indonesia, adalah tokoh yang sangat istimewa. Ia adalah Uskup Agung pribumi pertama di Indonesia (1940). Di bawah kepemimpinannya seluruh umat Katolik di Jawa menjadi pendukung dan pejuang Republik Indonesia yang masih belia.

Hal yang sama juga ditekankan oleh sesepuh IRRIKA, Romo Agustinus Purnama Sastrawijaya MSF yang sekarang menjabat sebagai Superior Jenderal MSF (Pemimpin Umum Kongregasi MSF). Ia mengatakan bahwa ke-Indonesiaan kita harus selalu melekat dalam diri kita dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari, di manapun kita berada.

"Kita adalah satu keluarga. Keluarga Indonesia. Karena itu, jadikanlah KBRI ini sebagai rumah kita bersama. Rumah Indonesia yang kita banggakan," katanya.

Apalagi, katanya, dalam Statuta IRRIKA secara jelas dinyatakan, bahwa paguyuban ini dibentuk sebagai wadah persaudaraan berdasarkan iman Katolik dan cinta Tanah Air.

Paguyuban IRRIKA dibentuk pada 13 Februari 1955, yang semula bernama IRIKA (Ikatan Romo-Romo Indonesia di Kota Abadi - Roma). Ketua pertama IRIKA adalah (yang kemudian menjadi Kardinal pertama Indonesia) Romo Yustinus Darmojuwono Pr.

Karena anggotanya semakin banyak dan bukan hanya para romo saja, tapi juga suster, frater, dan bruder, serta tersebar di berbagai kota di Italia, maka pada tahun 1986 namanya diubah menjadi IRRIKA.

Indonesia-Vatikan

Takhta Suci Vatikan adalah negara pertama di Eropa yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan tersebut ditandai dengan pembukaan misi diplomatik Vatikan di Jakarta pada tingkat Apostolic Delegate (Delegasi Apostolik) 5 Juli 1947, dan menunjuk Mgr. George de Jonghe D’ardoye, delagatus apostolic pertama Vatikan untuk Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta.

Pada 16 Maret 1950, Vatikan meresmikan Internunsiatur Apostolik. Hubungan resmi kedua negara terjalin sejak 25 Mei 1950. Status Internunsiatur Apostolic menjadi Nunsiatur Apostolik--yakni misi diplomatik tingkat tertinggi Takhta Suci--pada 7 Desember 1966.

Vatikan menjadi entitas politik pertama di Eropa yang mengaku bahwa Indonesia sebagai negara yang merdeka.

Vatikan juga merupakan salah satu dari lima negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia: Mesir (22 Maret 1946), India (2 September 1946), Suriah ( 2 Juli 1947), Vatikan (5 Juli 1947), dan Irak (16 Juli 1947).

Pengakuan atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia oleh Vatikan dan terjalinnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan, tidak lepas dari usaha serta jasa Mgr Albertus Soegijapranata.

Pada 18 Januari 1947, Mgr Soegijapranata mengirimkan surat ke Paus Pius XII. Ia menyampaikan kekejaman tentara Belanda di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, 17Agustus 1945. Hasil dari diplomasi Mgr Soegijapranata itu, Vatikan mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia, 5 Juli 1947.

Selain itu, Vatikan juga menggerakkan hati umat Katolik di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama. Hal itu, berdampak ke masyarakat internasional.

Hingga saat ini, hubungan Vatikan-Indonesia terus tetap bertahan hangat dan sepi masalah. Hubungan kedua negara harmonis meski mayoritas penduduk kedua negara menganut agama berbeda.

Bahkan, Presiden pertama RI Soekarno yang pernah empat kali mengunjungi Vatikan menerima tiga medali sebagai tanda jasa dari Paus. Yang pertama diterima pada 13 Juni 1956 dari Paus Pius XII; yang kedua, pada 14 Mei 1959 dari Paus Yohanes XXIII; dan yang ketiga pada 12 Oktober 1964 dari Paus Paulus VI.

Pada kunjungan ketiga, bahkan Vatikan membuatkan perangko khusus untuk Bung Karno. Dan, dihadiahi cindera mata berupa lukisan mozaik Castel San Angelo Vatikan.

Selama ini, sudah dua Paus yang mengunjungi Indonesia: Paus Paulus VI mengunjungi Indonesia (3 Desember 1970) dan Paus Yohanes Paulus II (8-12 Oktober 1989).

Selain Bung Karno, Presiden Indonesia yang pernah mengunjungi Vatikan adalah Presiden Soeharto (25 November 1972) bertemu Paus Paulus VI; Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (2000), dan Presiden Megawati Soekarnoputri (2002).

https://www.kompas.com/global/read/2023/11/20/081700870/uskup-padang-hadiri-pertemuan-irrika-di-kbri-vatikan

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke