Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parlemen Ukraina Larang Gereja Ortodoks karena Dituding Berhubungan dengan Rusia

Kompas.com - 20/10/2023, 16:28 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

KYIV, KOMPAS.com - Parlemen Ukraina memberikan persetujuan awal pada Kamis (19/10/2023) terhadap undang-undang yang akan melarang Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) setelah Kyiv menuduh gereja tersebut berkolaborasi dengan Rusia setelah invasi tahun lalu.

UOC, yang mengatakan pihaknya tidak lagi sejalan dengan Gereja Ortodoks Rusia, membantah tuduhan yang dilontarkan Kyiv dan mengatakan rancangan undang-undang tersebut tidak konstitusional.

Yaroslav Zheleznyak, seorang anggota parlemen, mengatakan melalui aplikasi pesan Telegram bahwa para deputi telah memilih untuk mendukung RUU tersebut pada pembacaan pertama.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Afrika Selatan Dituding Pasok Senjata | Tokoh Gereja di Papua Siap Bantu Bebaskan Pilot

Keputusan ini harus didukung dalam pembacaan kedua dan disetujui oleh presiden agar dapat diterapkan.

Dilansir dari Guardian, undang-undang tersebut akan melarang aktivitas organisasi keagamaan yang berafiliasi dengan pusat pengaruh di negara yang melakukan agresi bersenjata terhadap Ukraina dan aktivitas semacam itu dapat dihentikan oleh pengadilan.

Anggota parlemen lainnya, Iryna Herashchenko, mengatakan pemungutan suara itu bersejarah dan menggambarkannya sebagai langkah pertama menuju penghapusan pendeta Moskwa dari tanah Ukraina.

UOC mengatakan rancangan undang-undang tersebut, salah satu dari beberapa rancangan undang-undang serupa yang terdaftar di parlemen, tidak mematuhi konvensi Eropa tentang hak asasi manusia atau konstitusi Ukraina.

Menggambarkan dirinya sebagai gereja independen dan terpisah, UOC menuduh Kyiv mencoba untuk menyatakan bahwa gereja tersebut berafiliasi dengan Gereja Ortodoks Rusia dan menggambarkan pendeta dan umat Ukraina sebagai agen Federasi Rusia.

Pihak berwenang Ukraina dan banyak orang di Ukraina selama bertahun-tahun memandang UOC setia kepada Moskwa dan menindak gereja tersebut setelah invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022.

Sebuah komisi pemerintah telah memutuskan bahwa UOC secara kanonik masih terkait dengan Rusia meskipun gereja tersebut menyatakan bahwa mereka memutuskan hubungan dengan Gereja Ortodoks Rusia pada Mei 2022.

Baca juga: Tokoh Gereja di Papua Tawarkan Diri Bantu Bebaskan Pilot Selandia Baru dari OPM

Imam paling senior kedua di gereja tersebut, Metropolitan Pavlo, telah diberitahu bahwa dia dicurigai menghasut kebencian antaragama dan mendistribusikan materi yang membenarkan agresi Rusia. Dia membantah tuduhan tersebut.

Dinas Keamanan Ukraina mengatakan pada hari Kamis bahwa 68 kasus kriminal, termasuk tuduhan pengkhianatan, telah diajukan terhadap perwakilan UOC sejak invasi Rusia tahun lalu.

Analis politik Volodymyr Fesenko mengatakan larangan terhadap UOC tidak mungkin menghentikan kegiatannya dan dapat ditentang di Ukraina dan di pengadilan hak asasi manusia Eropa.

Baca juga: Hal yang Dikatakan Pemimpin Gereja di Kenya sampai Pengikutnya Mau Kelaparan dan Mati

Fesenko menyarankan agar gereja tersebut mendaftar sebagai entitas baru tanpa referensi apa pun terhadap hubungan kanonik dengan Rusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com