Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro-Kontra Kerja 4 Hari Seminggu di Jerman

Kompas.com - 27/09/2023, 21:33 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Insa Wrede/DW Indonesia

BERLIN, KOMPAS.com - Menurut angka terbaru dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), tenaga kerja Jerman bekerja selama rata-rata 1.349 jam di tahun 2021, sedangkan penduduk Yunani bekerja 1.872 jam per tahun.

Meski punya jam kerja rata-rata lebih pendek dalam setahun, serikat pekerja logam yang berpengaruh di Jerman yakni IG Metall, baru-baru ini mengajukan proposal untuk mendorong pengurangan waktu kerja dalam seminggu bagi para anggotanya: yaitu, empat hari.

Dengan asumsi tetap mendapatkan upah dan kompensasi penuh, setiap pekerja akan mendukung usulan ini.

 

Namun di saat perekonomian Jerman sedang lesu dan kekurangan pekerja terampil, bukankah seharusnya masyarakat Jerman bekerja lebih banyak, bukannya malah dikurangi?

Pekerja Jerman lebih malas?

OECD mengakui angka tersebut tidak dapat dibandingkan antarnegara karena definisi jam kerja di berbagai negara belum tentu sama, kata laporan tersebut.

Pakar pasar tenaga kerja Enzo Weber dari Institute of Employment Research (IAB) mengatakan, angka yang dikeluarkan OECD cenderung berdasarkan survei publik. Ini berarti hasilnya bergantung pada pertanyaan yang diajukan dan urutannya.

Weber mencatat, misalnya, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Jerman jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain. Namun, mengingat sebagian perempuan bekerja paruh waktu, ini menurunkan rata-rata jam kerja tahunan per orang.

"Tidak berarti orang Jerman bekerja lebih sedikit, justru sebaliknya. Lebih banyak pekerjaan diselesaikan, karena perempuan-perempuan ini bahkan tidak dimasukkan dalam statistik," kata Weber.

Yang penting adalah produktivitas

Jumlah jam yang dihabiskan seseorang di tempat kerja bukanlah satu-satunya ukuran. Pertanyaannya adalah apa yang pekerja lakukan dan seberapa produktif mereka?

Pekerja Jerman punya kinerja jauh lebih baik dalam hal peringkat produktivitas, kata Weber, meskipun "masa kejayaan" Jerman sebagai negara dengan produktivitas sudah lama berlalu.

Saat ini, produktivitas sedang menurun, ujar Weber, tapi bukan karena para pekerja jadi lebih malas dibandingkan tahun lalu.

Menghitung produktivitas adalah hal yang rumit. Namun, pada dasarnya ini sama dengan membagi output dengan jam kerja. Weber menghubungkan penurunan produktivitas yang terjadi saat ini dengan krisis energi.

Mayoritas ibu di Jerman bekerja paruh waktu, sehingga menurunkan rata-rata jam kerja per orang di Jerman.DPA/JULIAN STRATENSCHULTE via DW INDONESIA Mayoritas ibu di Jerman bekerja paruh waktu, sehingga menurunkan rata-rata jam kerja per orang di Jerman.
Meskipun biayanya lebih tinggi, perusahaan-perusahaan Jerman tetap mempertahankan tenaga kerjanya penuh waktu guna menghindari kekurangan di masa depan.

Akibatnya, total jam kerja tetap, sementara output menyusut karena biaya energi lebih tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com