Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IAEA Pastikan Air Limbah PLTN Fukushima yang Dibuang Sejauh Ini Tak Berbahaya

Kompas.com - 30/08/2023, 06:57 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada Selasa (29/8/2023), memastikan konsentrasi tritium dalam air limbah yang dibuang dari PLTN Fukushima-Daiichi, Jepang masih berada di level aman dan tidak menimbulkan risiko bagi penduduk.

"Sejauh ini kami telah dapat mengonfirmasi bahwa pelepasan pertama dari air limbah ini tidak mengandung radionukleida pada tingkat yang berbahaya," kata Rafael Grossi, Kepala Badan Pengawas Atom PBB itu kepada AFP dalam sebuah kunjungan ke Stockholm, Swedia.

Jepang seperti diketahui telah mulai membuang air limbah PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik pekan lalu.

Baca juga: Terkait Limbah PLTN Fukushima, Selandia Baru Ikut Keputusan IAEA

Pelepasan air limbah sebanyak 540 kolam renang Olimpiade itu akan dilakukan secara bertahap.

"Pada awalan ini sudah sesuai dengan apa yang kami harapkan, tetapi kami akan terus (memantau) hingga tetes terakhir (limbah) dibuang," kata Grossi.

Ribuan orang ikut serta dalam unjuk rasa di Seoul pada tanggal 26 Agustus 2023, untuk memprotes pembuangan air limbah yang telah diolah oleh Jepang dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang lumpuh. Sementara itu, banyak warga atau pelaku usaha Jepang mengeluh karena mendapat teror telepon dari nomor China setelah limbah PLTN Fukushima dibuang pekan lalu.AFP/ANTHONY WALLACE Ribuan orang ikut serta dalam unjuk rasa di Seoul pada tanggal 26 Agustus 2023, untuk memprotes pembuangan air limbah yang telah diolah oleh Jepang dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang lumpuh. Sementara itu, banyak warga atau pelaku usaha Jepang mengeluh karena mendapat teror telepon dari nomor China setelah limbah PLTN Fukushima dibuang pekan lalu.

Sebelumnya, IAEA mengatakan pada 24 Agustus bahwa analisis independennya terhadap konsentrasi tritium dalam air limbah yang dibuang PLTN Fukushima jauh di bawah batas operasional 1.500 becquerel per liter.

Batas tersebut jauh lebih rendah dari standar keamanan nasional Jepang.

Jepang sendiri telah berulang kali menegaskan bahwa air limbah tersebut tidak berbahaya.

Tetapi keputusan Jepang membuang limbah itu telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan nelayan lokal dan memicu kemarahan di China, yang telah menangguhkan impor makanan lautnya dari Jepang.

Grossi juga mengomentari kerja sama lembaganya dengan Iran, dengan mengatakan bahwa pemasangan kembali kamera di lokasi nuklir berjalan terlalu lambat.

Baca juga: Korea Utara Kecam IAEA karena Izinkan Jepang Buang Limbah PLTN Fukushima ke Laut

Teheran pada bulan Maret berjanji untuk mengaktifkan kembali perangkat pengawasan yang diputus pada Juni 2022 di tengah memburuknya hubungan dengan Barat.

"Kami telah berusaha agar kamera-kamera kami dipasang kembali. Kami telah memulai pekerjaan itu tetapi tidak berjalan sesuai dengan kecepatan yang saya inginkan dan harapkan. Ini sangat, sangat lambat dan kami ingin hal ini meningkat," kata Grossi.

IAEA akan segera mengeluarkan laporan terbaru mengenai perkembangan program nuklir Iran.

"Kami sedang mencari beberapa klarifikasi yang harus diberikan Iran kepada kami tentang temuan jejak uranium. Ini adalah proses yang sedang berlangsung yang memiliki banyak ruang untuk perbaikan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Senator AS Apresiasi Sikap Biden Tak Jadi Kirim Bom Seberat 907 Kg untuk Israel

Global
Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Untuk Pertama Kalinya, Pejabat Militer Pentagon Mundur karena Perang Gaza

Global
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Pesawat Tempur Israel Mengebom Kamp Pengungsi Nuseirat, 14 Tewas Termasuk Anak-anak

Global
AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

AS Tak Percaya Terjadi Genosida di Gaza

Global
AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com